9/17/2019

Dahulu Saya Berada di Gurun, Sekarang Saya Bermandikan Mata Air Kehidupan: Kesaksian Seorang Katolik yang Kembali Kepada Tuhan

Pekerjaan Tuhan, Tuhan Yesus telah kembali, Mengenal Kristus,

Oleh Fangxia, Amerika Serikat

Ada Antusiasme Seperti di Gereja Pada Zaman Dahulu

Keluarga kami telah menjadi penganut Katolik selama beberapa generasi dan saya dibaptis ketika baru berusia beberapa bulan. Saya ingat ketika selalu terbangun dengan diawali dering alarm yang meraung-raung, dan kemudian orang tua saya menyeret saya keluar dari tempat tidur agar segera mandi dan berpakaian sebelum bergegas ke gereja untuk menghadiri misa di malam hari.
Orang tua saya mengatakan bahwa orang-orang yang percaya kepada Tuhan di Tiongkok dianiaya, dan bahwa para imam dan umat percaya sering ditangkap dan ditahan, sehingga aman bagi kami untuk menghadiri misa di malam hari. Meskipun sangat berbahaya, saudara-saudara kami di gereja masih sangat antusias dan berbakti. Tidak peduli cuaca, di mana pun misa diadakan, mereka akan menyampaikan detail tersebut satu sama lain dan mereka akan saling mengerahkan upaya untuk membawa orang-orang tua dan yang muda untuk hadir. Semua orang akan menyanyikan lagu-lagu pujian, sama bersemangatnya seolah-olah itu adalah Tahun Baru, dan banyak orang percaya tetap bersemangat sekalipun begadang sepanjang malam …

Sekarang Gereja Telah Menjadi Tandus

Dalam sekejap mata, saya sudah dewasa, tetapi gereja juga mengalami perubahan besar. Orang-orang yang menghadiri misa lama-lama semakin sedikit, dan kebanyakan dari mereka yang hadir adalah pria dan wanita lanjut usia; sangat jarang wajah-wajah muda yang terlihat di misa. Ketika gereja mengadakan acara secara berkala, misa menjadi semarak dan ramai, tetapi sama kacaunya seperti pasar makanan di luar ruangan—ada orang-orang yang terlibat dalam penjualan piramida, penjualan langsung, orang-orang yang menjual asuransi, yang membuka supermarket dan restoran, dan sebagainya. Semua orang berpura-pura hadir di sana untuk menghadiri misa, tetapi mereka sebenarnya ada di sana untuk mencari pelanggan. Ketika orang percaya berkumpul, mereka tidak berbicara tentang bagaimana menyembah Tuhan atau bagaimana melakukan firman-Nya, tetapi mereka berbicara tentang urusan rumah tangga yang sepele, atau mencoba menjajakan produk keluarga mereka; tidak seorang pun di sana yang tulus menyembah Tuhan. Seiring berjalannya waktu, situasi di gereja menjadi semakin buruk. Khotbah-khotbah para imam tidak mencerahkan, dan mereka sering ceroboh mengutuk denominasi lain dan akan memberitahu jemaat agar berjaga-jaga terhadap mereka. Mereka bahkan terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan memisahkan diri dari para anggota pemimpin gereja lainnya. Kadang-kadang, karena mereka berpegang teguh pada pandangan yang berbeda, mereka akan berdebat dan berselisih di antara mereka sendiri, dan jemaat juga memihak dan menghakimi serta saling menyerang secara verbal, serta tidak adanya belas kasihan atau toleransi yang dahulu ada di sana. Menyaksikan pemandangan ini dalam gereja, saya tidak tahu bagaimana keadaan seperti itu bisa terjadi, dan saya merasakan kesedihan yang tak terungkapkan.

Pekerjaan Tuhan, Tuhan Yesus telah kembali, Mengenal Kristus,

Pada tahun 2009, ketika saya belajar di luar negeri di Jepang, saya pergi ke gereja untuk menghadiri misa dan menyaksikan gereja di Jepang itu sama kacaunya seperti gereja di Tiongkok: Para imam dan umat Katolik berbicara dan bertindak seperti orang-orang yang tidak percaya, mereka semua mengikuti tren duniawi dan terlibat dalam keinginan untuk unggul dan meninggikan diri satu sama lain. Semua imam akan tersenyum pada orang-orang yang mempunyai uang dan akan menghina mereka yang tidak memiliki uang serta berbicara kepada mereka dengan nada kasar. Melihat hal ini terjadi di negara asing, saya merasa sangat kecewa dan bingung dan tidak lagi merasa terikat dengan Tuhan seperti sebelumnya. Kebaktian pagi dan sore yang saya hadiri setiap hari menjadi beban, dan terkadang saya tidak ingin pergi ke gereja untuk menghadiri misa. Namun, merasa takut kalau Tuhan akan menghukum saya ke neraka, saya tidak berani absen. Kemudian, meskipun saya memaksakan diri untuk pergi ke gereja, roh saya tidak terpenuhi dan hati saya terasa hampa. Terkadang, saya berpikir: “Bagaimana gereja telah menjadi seperti ini? Sebelumnya, ada beberapa orang percaya dan PKT menganiaya kami, namun kami masih antusias menghadiri misa di tengah malam. Tetapi akhir-akhir ini, semakin nyaman dan mudah lingkungan kami, sebaliknya, semakin orang-orang menjadi malas—mungkinkah karena lebih banyak orang yang percaya kepada Tuhan? Atau karena orang-orang telah mendengarkan begitu banyak khotbah sehingga tidak ada lagi yang ajaib tentang hal itu?” Saya merasa sangat bingung.
Pada Mei 2018, saya dan suami beremigrasi ke Amerika Serikat bersama putri kami yang belum berusia satu tahun. Setelah kami menetap, kami mulai menghadiri misa di sebuah gereja di dekat rumah kami. Tak terbayangkan, ada sangat sedikit orang di gereja yang besar dan mewah ini. Imam berdiri di atas kami menyampaikan khotbahnya, sementara kebanyakan orang yang duduk di bawahnya tampak mengantuk atau tertidur. Melihat minimnya orang dan kursi kosong di gereja yang begitu besar, dan melihat wajah hampa tanpa ekspresi dari orang-orang yang duduk di sana, saya bahkan tidak bisa mengungkapkan perasaan saya.
Saya ingin mengakses internat dan mencari beberapa gereja bagus, tetapi yang saya temukan adalah banyak gereja Katolik yang dipenuhi dengan plakat peringatan untuk orang mati dan orang-orang hanya membakar dupa dan memberikan persembahan. Beberapa imam gereja mengundang para biarawan untuk datang dan melantunkan ayat-ayat kitab suci, dan ada banyak skandal yang melibatkan para imam dan uskup…. Melihat keadaan ini, saya memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh Tuhan Yesus dalam Alkitab: “Rumah-Ku akan disebut rumah doa; tetapi engkau menjadikannya sarang pencuri” (Matius 21:13). Dari Tiongkok ke Jepang hingga Amerika Serikat, dari daratan ke Internet, semua gereja Katolik sama saja. Tiba-tiba saya merasa bahwa gereja Katolik modern sepenuhnya menjadi buruk. Sekalipun tampak cukup mewah di luar, gereja itu bukan lagi tempat yang sakral. Saya bingung. Gereja menjadi sangat kacau dan stagnan, jadi mengapa Roh Kudus tidak melakukan sesuatu tentang itu?

Dalam Kebingungan Saya, Suatu Pertemuan Tanpa Sengaja Mengungkapkan Akar Penyebab Kegersangan Gereja

Suatu hari di bulan Juli tahun ini, saya membawa putri saya untuk menghadiri misa di gereja dan saya bertemu Saudari Kelly. Begitu kami bertemu, rasanya seperti teman lama. Dalam perjalanan pulang, Saudari Kelly menceritakan banyak kisah dari Alkitab, seperti wanita Samaria yang, karena mendengarkan Tuhan Yesus berbicara, mengenali dari kata-kata-Nya yang berotoritas dan berkuasa bahwa Dia adalah Mesias yang akan datang. Dan Saudari Kelly berkata bahwa gadis-gadis bijaksana yang dibicarakan oleh Tuhan Yesus tidak hanya terkait pada ketekunan secara lahiriah dalam membaca Alkitab dan secara konsisten menghadiri pertemuan tetapi, yang lebih penting, berhubungan dengan kemampuan untuk mengenali suara Tuhan, karena hanya dengan melakukan itu kita dapat menyambut Tuhan ketika Dia datang kembali…. Saya merasa persekutuan saudari itu sungguh baru dan menyenangkan. Saya sudah begitu lama menghadiri berbagai pertemuan di gereja Katolik dan belum pernah mendengar ada yang memberikan persekutuan yang baru dan segar seperti itu. Saya merasa sangat dicerahkan dan hati saya sangat menikmatinya. Saudari itu kemudian mengundang saya untuk menghadiri kelas pelajaran Alkitab mereka, dan dengan senang hati saya menerimanya.
Saya bertemu banyak orang Katolik baru di kelas pengajaran Alkitab, serta banyak saudara-saudari Kristen lainnya dan pengkhotbah, Saudara Liu. Bertemu saudara-saudari ini memberi saya perasaan hangat di dalam batin. Semua orang bertukar pengalaman satu sama lain dan saya merasa sangat bebas. Maka, saya juga membeberkan tentang kebingungan saya sendiri kepada mereka dalam persekutuan.
Saya berkata:”Saya pernah ke gereja-gereja Katolik di beberapa negara dan tidak pernah merasakan kasih Tuhan di salah satu gereja tersebut, juga tidak merasakan pekerjaan Roh Kudus. Beberapa imam gereja meminta jemaat menempatkan plakat peringatan orang-orang yang yang meninggal di gereja dan kemudian memujanya. Saya telah menyaksikan gereja menjadi semakin kacau dan tidak lagi dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan. Iman saya sendiri lama-lama semakin dingin, dan saya tidak tahu mengapa semua ini terjadi!”
Saudara Liu kemudian berkata: “Saudari, masalah yang engkau kemukakan sangat nyata dan merupakan sesuatu yang membingungkan sebagian besar umat yang setia saat ini. Semua umat Katolik berpikir bahwa Katolik adalah akar dari agama Kristen, tetapi bagaimana mungkin gereja bisa kehilangan kemuliaan Tuhan dan merosot hingga menjadi gurun tandus seperti sekarang ini? Sebenarnya, jika kita ingin mengetahui alasan kegersangan gereja saat ini, pertama-tama kita harus mengingat alasan kegersangan di bait suci yang terjadi beberapa ribu tahun yang lalu. Di awal Zaman Hukum Taurat, bait suci dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan, dan setiap orang harus bersikap hormat dan sopan di hadapan Roh Kudus. Bahkan para imam melayani Roh Kudus di bait suci dan mereka harus sangat berhati-hati dan waspada, sebab Roh Kudus akan memukul siapa pun yang menyinggung Dia. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Lama tercatat ada seorang raja bernama Uzia. Setelah meraih kemenangan besar dalam pertempuran dan menjadi kuat, dia menjadi tinggi hati dan congkak. Dia tidak mau mendengarkan peringatan imam, dan sengaja memasuki bait suci untuk membakar dupa sebagai persembahan kepada Tuhan. Karena itu, ia menyinggung Tuhan, dan dahinya segera terkena kusta, dan ia menjadi penderita kusta sampai hari kematiannya (lihat 2 Tawarikh 26:16-21). Dari sini kita dapat melihat bahwa, sementara Roh Kudus hadir di bait suci, tidak ada yang berani melanggar hukum, dan bahkan tidak terkecuali seorang raja dari segenap bangsa itu. Ini karena Roh Kudus adalah suci dan Dia tidak membiarkan kecemaran—menyaksikan kecemaran, maka Dia harus memukulnya. Tetapi ketika akhir Zaman Hukum Taurat tercapai, orang-orang biasa tidak lagi mematuhi hukum, para imam menyembah berhala dan mempersembahkan korban yang pincang, dan orang berani terang-terangan menukar uang dan membeli serta menjual ternak dan burung di bait suci, mengubah bait suci menjadi sarang penyamun. Namun Roh Kudus tidak mendisiplin atau menghukum mereka sama sekali. Mengapa demikian? Jika Roh Kudus hadir di bait suci, akankah Dia membiarkannya menjadi sarang pencuri? Ini jelas tidak akan terjadi. Karena itu, pada saat bait suci menjadi sarang penyamun, Roh Kudus sudah lama pergi. Jadi mengapa Roh Kudus pergi dari bait suci? Itu terutama karena para pemimpin Yahudi tidak lagi mengikuti hukum Tuhan dan tidak lagi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka hanya mematuhi tradisi manusia yang telah diturunkan kepada mereka dan mengabaikan perintah-perintah Tuhan; mereka menyimpang sepenuhnya dari jalan Tuhan dan kehilangan pekerjaan Roh Kudus. Selain itu, Roh Kudus pergi dari bait suci karena Tuhan sudah menjadi manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya menebus umat manusia di Zaman Kasih Karunia, dan karena pekerjaan Roh Kudus telah berpindah ke tempat lain. Kita semua tahu bahwa, pada akhir Zaman Hukum Taurat, karena bangsa Israel tidak dapat menaati hukum Taurat, mereka harus dirajam sampai mati atau dibakar oleh api surgawi. Jika Roh Kudus tidak pergi dari bait suci, mengakhiri Zaman Hukum Taurat dan melakukan pekerjaan penyaliban dan penebusan umat manusia, umat manusia akan binasa di bawah hukum Taurat. Jelaslah bahwa Roh Kudus pergi dari bait suci karena kebutuhan umat manusia dan karena kebutuhan pekerjaan-Nya. Pekerjaan Roh Kudus terus bergerak maju dan tidak bisa berhenti dalam satu zaman. Setelah pekerjaan Zaman Hukum Taurat menuai hasil, Roh Kudus memulai tahap pekerjaan berikutnya. Roh Kudus mengakhiri pekerjaan lama, meninggalkan tempat pekerjaan lama, dan memulai pekerjaan baru dan memimpin serta membimbing manusia di zaman baru. Jika orang-orang di zaman baru tidak dapat mengimbanginya, mereka akan tanpa pekerjaan Roh Kudus dan tidak akan dapat memperoleh perbekalan Roh Kudus. Seiring waktu, kelaparan dan kehausan orang menyebabkan mereka berbuat dosa tanpa didisiplin dan mereka menjadi semakin merosot; oasis berubah menjadi gurun tandus, Kanaan dilanda kelaparan, dan gereja menjadi gersang! Seperti yang Tuhan firmankan: ‘Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan roti atau kehausan akan air, tetapi akan mendengarkan firman Yahweh‘ (Amos 8:11). Demikian pula, gereja Katolik saat ini telah menjadi pasar dan sarang penyamun. Dan mengapa Tuhan tidak mendisiplinkan atau menghukum gereja? Ada nyanyian yang berbunyi: ‘Di mana pun ada kebaikan, di mana pun ada kasih, di sanalah Tuhan akan berada’ (‘Di Mana Pun Ada Kebaikan’). Dan karena gereja sekarang terlibat dalam pertengkaran dan pertikaian, tanpa sedikit pun toleransi atau kesabaran, maka di manakah Tuhan?”

Ke Manakah Tuhan Pergi?

Saya mengangguk. Hati saya begitu bahagia ketika mendengar saudara itu menyanyikan lagu pujian terkenal itu, tetapi saya juga merasa sedikit sedih. Saya berkata: “Apa yang engkau katakan masuk akal. Tidak dapat merasakan kasih di gereja menunjukkan bahwa Tuhan tidak lagi hadir. Jika Roh Kudus hadir di gereja, tidak ada yang berani memperlakukan Dia dengan penghinaan.”
Saudara itu berkata: “Ya, jadi jika Tuhan tidak lagi hadir di gereja modern, ke mana Tuhan pergi?”
Pertanyaan saudara itu membuat saya merenungkan hal ini: “Itu benar!” Saya berpikir: “Pada akhir Zaman Hukum Taurat, bait suci menjadi gersang karena Roh Kudus telah pergi untuk melakukan pekerjaan baru-Nya untuk menebus umat manusia. Gereja sekarang juga menjadi sunyi sepi, jadi ke manakah Tuhan pergi?” Merenung dari waktu ke waktu sejak saya mulai percaya pada Tuhan, saya telah mengikuti perintah yang ditetapkan dan membaca Alkitab serta menghadiri misa. Ketika melihat betapa kacaunya gereja itu, saya mempunyai banyak pertanyaan, tetapi saya jarang bertanya-tanya ke manakah Tuhan pergi! Saya benar-benar ingin memahami pertanyaan ini, jadi saya menunggu jawaban saudara itu.
Saudara itu membuka Alkitab dan meminta saya membacanya. Saya membaca: “Aku juga telah menahan hujan darimu, saat tiga bulan lagi menjelang panen: satu kota akan turun hujan, dan kota yang lain tidak turun hujan: satu bagian turun hujan, dan bagian yang tidak mendapatkan hujan itu layu” (Amos 4:7). Dia kemudian menyampaikan persekutuan, dengan mengatakan, “Dari nubuat Tuhan, kita dapat melihat bahwa saat-saat ketika hujan tidak turun ke atas gereja kita adalah saat-saat ketika tanpa pekerjaan Roh Kudus, yang menunjukkan bahwa Roh Kudus sudah ada di tempat lain untuk memulai pekerjaan baru. Sebenarnya, Tuhan sudah kembali dalam rupa manusia, dan Dia menyampaikan firman-Nya dan telah memulai pekerjaan baru yang mengantarkan pada zaman baru. Firman ‘satu bagian turun hujan‘ berarti gereja-gereja yang menerima dan tunduk pada pekerjaan Tuhan ketika Dia datang kembali pada akhir zaman dan, karena mereka menerima firman Tuhan saat ini, mereka menikmati penyiraman dan perbekalan air kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada mereka. Firman ‘bagian yang tidak mendapatkan hujan itu layu‘ berarti bahwa, karena pekerjaan Roh Kudus telah berpindah ke tempat lain, Roh Kudus telah mengakhiri pekerjaan menabur benih di Zaman Kasih Karunia dan sekarang telah memulai pekerjaan menuai di Zaman Kerajaan. Pekerjaan Roh Kudus telah sepenuhnya ditarik dari gereja-gereja di Zaman Kasih Karunia dan sekarang sedang dilaksanakan terhadap mereka yang mengikuti pekerjaan baru Tuhan. Tanpa perlindungan pekerjaan Roh Kudus, para imam dan uskup dari gereja-gereja Zaman Kasih Karunia, mereka tidak memiliki khotbah yang layak untuk disampaikan dalam misa, tetapi hanya dapat memimpin jemaat mereka untuk mengikuti aturan dan mematuhi ritual-ritual. Ada alasan lain kegersangan di gereja, dan itu disebabkan karena para imam dan uskup tidak melakukan firman Tuhan dan tidak mematuhi perintah-perintah-Nya. Ketika mereka mendengar seseorang memberitakan Injil tentang kedatangan Tuhan, mereka tidak mencari atau mempelajarinya sama sekali. Mereka semata-mata menolak, menentang dan mengutuk pekerjaan dari Tuhan yang datang kembali, dan ini menyebabkan gereja dibenci dan ditolak oleh Tuhan, sepenuhnya kehilangan pekerjaan Roh Kudus, tidak dapat memperoleh perbekalan dari air kehidupan Roh Kudus, dan terperosok ke dalam kegersangan. Karena itu, jemaat menyembah berhala dan berdebat di antara mereka sendiri; mereka tidak didisiplinkan ketika berbuat dosa dan mereka tertidur selama khotbah, lalu gereja telah menjadi tempat berjualan dan perdagangan.”
Mendengarkan persekutuan saudara itu, saya merasa kagum: Mungkinkah gereja sekarang menjadi gersang karena Tuhan telah datang kembali untuk melakukan pekerjaan baru dan kami tidak mengimbanginya? Pada saat itu, saya hanya dapat mengingat ketika seseorang berkhotbah bahwa Tuhan telah datang kembali untuk melakukan pekerjaan baru, imam itu telah mengutuk dan menghujat mereka selama misa. Baru sekarang saya mengerti bahwa gereja telah menjadi gersang dan kacau karena para imam dan uskup tidak memimpin jemaat mereka untuk mencari dan mempelajari pekerjaan Tuhan yang datang kembali, tetapi malah menolak dan mengutuknya. Mereka menentang perintah-perintah Tuhan dan ajaran para rasul, sehingga mereka dibenci dan ditolak oleh Roh Kudus dan sehingga mereka ditinggalkan dan disingkirkan oleh pekerjaan Tuhan.

Bagaimana Kita Mencari Pekerjaan Roh Kudus?

Saat itu, saya tiba-tiba merasa seolah-olah sedang mengalami kebangkitan. Ketika mendengarkan persekutuan Saudara Liu yang jelas dan singkat, saya merasa yakin dalam hati bahwa Tuhan Yesus telah berpindah ke tempat lain untuk melakukan pekerjaan baru. Tetapi bagaimana saya dapat menemukan gereja yang memiliki pekerjaan Roh Kudus? Jadi, saya menyuarakan pertanyaan ini.
Saudara itu berkata dengan sungguh-sungguh: “Syukur pada Tuhan! Karena engkau dapat memahaminya dengan cara ini sepenuhnya melalui pencerahan dan bimbingan Roh Kudus. Jika kita ingin menemukan gereja yang memiliki pekerjaan Roh Kudus, pertama-tama kita harus mencari tahu pekerjaan apa yang ingin dilakukan oleh Tuhan yang datang kembali. Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita jauh sebelumnya dalam Alkitab, jadi sekarang mari kita periksa beberapa ayat Kitab Suci: ‘Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu‘ (Yohanes 16:12-13). Tuhan Yesus memberi tahu kita bahwa Dia memiliki banyak hal yang patut disampaikan kepada kita. Karena tingkat pertumbuhan manusia pada waktu itu terlalu kecil, mereka tidak akan memahami Dia bahkan jika Dia mengatakan hal-hal ini kepada mereka. Karena itu, Tuhan Yesus memiliki lebih banyak hal yang patut disampaikan kepada kita ketika Dia datang kembali pada akhir zaman, Dia akan menyampaikan semua kebenaran yang kita butuhkan untuk hidup kita, dan kebenaran inilah yang akan menyingkirkan dosa-dosa kita dan menyucikan kita. Seperti yang tertulis dalam Alkitab: ‘Sucikanlah mereka dengan kebenaran-Mu: firman-Mu adalah kebenaran‘ (Yohanes 17:17). Dan demikian juga tertulis dalam Wahyu: ‘Barangsiapa memiliki telinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang diucapkan Roh kepada gereja-gereja; Kepada Dia yang menang, Aku akan membiarkannya makan manna yang tersembunyi‘ (Wahyu 2:17). Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia memiliki lebih banyak hal yang patut disampaikan kepada kita ketika Dia datang kembali dan bahwa Dia akan memberi kita manna yang tersembunyi. Ketika kita mencari firman Roh Kudus, kita akan menemukan Tuhan.
“Marilah kita membaca bagian lain dari firman Tuhan: ‘Ketika Yesus datang ke dalam dunia manusia, Ia membawa Zaman Kasih Karunia dan mengakhiri Zaman Hukum Taurat. Pada akhir zaman, Tuhan sekali lagi menjadi daging, dan ketika Ia menjadi daging, Ia mengakhiri Zaman Kasih Karunia dan memulai Zaman Kerajaan. Semua orang yang menerima inkarnasi Tuhan yang kedua akan dipimpin ke dalam Zaman Kerajaan, dan dapat menerima bimbingan Tuhan secara pribadi. Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Ia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia, tetapi tidak melepaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menanggung dosa manusia sebagai korban penghapus dosa, tetapi juga membuat Tuhan wajib melakukan pekerjaan yang lebih besar untuk melepaskan manusia dari wataknya yang telah dirusak Iblis. Jadi, setelah dosa manusia diampuni, Tuhan kembali menjadi daging untuk memimpin manusia memasuki zaman yang baru. Tuhan memulai melakukan hajaran dan penghakiman, dan pekerjaan ini telah membawa manusia ke dalam alam yang lebih tinggi. Semua orang yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya akan menikmati kebenaran yang lebih tinggi dan menerima berkat yang lebih besar. Mereka benar-benar hidup dalam terang dan akan mendapatkan kebenaran, jalan, dan hidup.‘ Firman Tuhan memberi tahu kita dengan jelas bahwa pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia tidak terhenti, tetapi justru terus memimpin orang bergerak maju. Di Zaman Hukum Taurat, karena manusia yang baru lahir pada waktu itu tidak tahu bagaimana cara hidup, mengingat kebutuhan orang-orang pada waktu itu dan melalui Musa yang menyatakan hukum itu, Roh Kudus secara pribadi bekerja dan membimbing kehidupan manusia, dan Dia membuat mereka mematuhi hukum dan perintah itu serta hidup dalam berkat-berkat Tuhan. Namun, pada akhir Zaman Hukum Taurat, karena manusia tidak dapat mematuhi hukum Taurat dan melakukan terlalu banyak dosa, mereka semua menghadapi bahaya dikutuk oleh hukum Taurat dan dihukum mati. Untuk menyelamatkan umat manusia, Tuhan berinkarnasi dalam wujud Tuhan Yesus dan melakukan pekerjaan Zaman Kasih Karunia, dan Dia disalibkan di kayu salib sebagai korban penghapus dosa bagi manusia. Selama kita mengaku dosa dan bertobat kepada Tuhan, maka dosa-dosa kita diampuni, yang menandakan bahwa kita tidak akan lagi dikutuk dan dihukum oleh hukum Taurat karena melakukan pelanggaran atau melanggar hukum itu. Sekalipun Tuhan tidak memandang kita berdosa, bukan berarti kita tidak berdosa, karena sifat Iblis yang berdosa tetap mengakar dalam di diri 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan