“Engkau percaya kepada Tuhan, tetapi mudah sekali kehilangan kesabaran dalam sekejap mata. Mengapa kau tidak berubah sama sekali?” Ini adalah teguran suamiku kepadaku. Dulu aku merasa sangat tertekan sehingga aku tidak dapat menghidupi ajaran Tuhan, dan aku sering memohon kepada Tuhan untuk menuntunku membuang ikatan dosa. Selama pencarianku, aku mendengar perkataan tentang kedatangan Tuhan yang kedua, dan akhirnya aku menemukan jalan untuk menghentikan kemarahanku. Aku sekarang ingin memberi tahu engkau sekalian tentang pengalamanku.
Aku Hidup dalam Dosa, Tak Berdaya untuk Melepaskan Diri
Dalam kehidupan sehari-hari, aku hidup terus-menerus dalam siklus berbuat dosa dan mengaku dosa. Misalnya, suatu kali, karena anakku terlalu suka bermain dan terlalu ceroboh dengan tugas sekolahnya, aku menjadi marah dan memakinya. Suamiku tidak tahan melihatku memarahinya sedemikian rupa, jadi dia mengkritikku. Aku tidak menerima apa yang dia katakan, jadi kami bertengkar. Adegan semacam ini menjadi kejadian yang biasa, dan setiap kali amarahku mendingin setelah meledak, aku akan merasa sangat tertekan dan mencela diriku sendiri, terutama ketika aku memikirkan ayat berikut, “Jadilah engkau kudus; karena aku kudus” (1 Petrus 1:16), dan “Usahakankah hidup damai dengan semua orang dan dalam kekudusan, karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Tuhan itu kudus, tetapi aku selalu hidup dalam dosa. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak marah dan aku tidak bisa bergaul dengan baik dengan orang lain, jadi bagaimana mungkin aku bisa menyenangkan hati Tuhan?
Untuk melakukan beberapa perubahan dalam diriku, aku memperkuat devosi rohaniku, membaca Alkitab dan lebih banyak berdoa, menghadiri pertemuan gereja dengan lebih bersemangat, dan aku aktif berpartisipasi dalam setiap pelayanan gereja, tetapi aku masih belum bisa memecahkan masalah tabiatku yang pemarah ini, dan karenanya aku merasa tersesat dan berkecil hati. Aku sering berpikir: pendeta mengatakan bahwa begitu kita percaya kepada Tuhan dan berdoa dan bertobat, maka Tuhan mengampuni dosa-dosa kita dan kita dijadikan baru. Jadi mengapa aku tidak merasa seolah-olah aku telah memiliki kehidupan yang baru, tetapi sebaliknya terus berbuat dosa, rohku menjadi semakin gelap, dan aku tak dapat merasakan Tuhan di sampingku? Maka aku sering berdoa kepada Tuhan sambil menangis, “Ya Tuhan! Aku tidak pernah bisa mengendalikan kemarahanku dan aku tidak bisa membebaskan diri dari ikatan dosa. Aku mohon kepada-Mu, Tuhan, untuk membimbing aku membuang dosa ini.”
Aku Memahami Akar Penyebab Dosa
Suatu hari di bulan Juni, aku bertemu dengan Saudari Weiwei dan Saudara Kevin. Mereka berdua adalah orang Kristen yang saleh, dan kami sering berkumpul bersama untuk bersekutu tentang Alkitab. Persekutuan mereka dipenuhi dengan terang dan aku merasa bahwa persekutuan mereka sangat bermanfaat. Aku juga memberitahukan mereka tentang rasa sakitku karena hidup dalam dosa dan tidak berdaya untuk membebaskan diri dari dosa. Suatu kali, Saudara Kevin berkata dengan riang kepadaku, “Tuhan Yesus yang kita rindukan telah datang kembali, dan atas dasar pekerjaan-Nya pada Zaman Kasih Karunia, Dia sekarang melakukan pekerjaan penghakiman melalui firman-Nya. Hanya dengan mengikuti pekerjaan baru Tuhan kita dapat memperoleh persediaan air kehidupan.” Ketika aku mendengar bahwa Tuhan telah datang kembali, aku merasa senang dan sekaligus gembira. Aku tersandung pada diriku sendiri ketika bertanya kepada saudara tersebut, “Engkau bilang Tuhan telah datang kembali—apakah itu benar?”
Saudara Kevin berkata, “Memang benar. Dia telah datang kembali pada akhir zaman untuk menyelamatkan kita sepenuhnya dari dosa dan memampukan kita untuk bebas dari kehidupan berdosa dan mengaku dosa yang menyakitkan. Ini dengan tepat menggenapi nubuatan Alkitab, “Jadi Kristus satu kali dikorbankan untuk menanggung dosa banyak orang; dan kepada mereka yang mencari-Nya, Dia akan menampakkan diri kedua kalinya tanpa dosa untuk keselamatan” (Ibrani 9:28). Seperti yang kita semua ketahui, inkarnasi Tuhan yang pertama melakukan pekerjaan penebusan umat manusia dan dosa-dosa kita diampuni oleh Tuhan. Namun demikian, yang tidak dapat disangkal adalah bahwa kita masih terus berbuat dosa dan walaupun kita tahu betul apa yang dituntut Tuhan dari kita, kita masih amat jarang bisa menerapkannya, dan kita hidup terikat oleh dosa. Dan apa tepatnya alasan bagi hal ini?”
Aku selalu bingung tentang hal ini dan tidak pernah bisa memecahkannya. Aku benar-benar ingin memahaminya, jadi aku mendengarkan dengan sungguh-sungguh sementara Saudara Kevin melanjutkan persekutuannya.
Kemudian saudara Kevin mengirimi aku dua bagian dari firman Tuhan, “Pada masa itu, pekerjaan Yesus adalah penebusan seluruh umat manusia. Dosa-dosa semua orang yang percaya kepada-Nya diampuni; asalkan engkau percaya kepada-Nya, Dia akan menebusmu; jika engkau percaya kepada-Nya, engkau bukan lagi orang berdosa, engkau telah dibebaskan dari dosa-dosamu. Inilah yang dimaksud dengan diselamatkan dan dibenarkan oleh iman. Namun di antara orang-orang percaya, masih ada yang memberontak dan melawan Tuhan, dan secara bertahap harus dibuang. Keselamatan tidak berarti manusia telah sepenuhnya didapatkan oleh Yesus, tetapi manusia tidak lagi terikat oleh dosa, dosa-dosanya telah diampuni: asalkan engkau percaya, engkau tidak akan pernah lagi terikat oleh dosa.” “Meskipun manusia telah ditebus dan diampuni dosanya, itu hanya dapat dianggap bahwa Tuhan tidak lagi mengingat pelanggaran manusia dan tidak memperlakukan manusia sesuai dengan pelanggarannya. Namun, ketika manusia hidup dalam daging dan belum dibebaskan dari dosa, ia hanya bisa terus berbuat dosa, tanpa henti menyingkapkan watak rusak Iblis dalam dirinya. Inilah kehidupan yang manusia jalani, siklus tanpa henti berbuat dosa dan meminta pengampunan. Mayoritas manusia berbuat dosa di siang hari lalu mengakui dosa di malam hari. Dengan demikian, sekalipun korban penghapus dosa selamanya efektif bagi manusia, itu tidak dapat menyelamatkan manusia dari dosa. Hanya separuh dari pekerjaan penyelamatan telah diselesaikan, karena watak manusia masih rusak.”
Saudara Kevin memberikan persekutuan dengan mengatakan, “Firman Tuhan sangat jelas. Pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah pekerjaan penebusan, dan selama kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita dan kita berdoa dan bertobat kepada Tuhan, maka dosa-dosa kita akan diampuni, dan dengan iman kita dibenarkan. Kita kemudian tidak lagi berdosa, tetapi ini tidak berarti bahwa kita tidak lagi melakukan dosa, karena natur dosa kita masih ada sehingga kita hidup dalam siklus berdosa dan mengaku dosa terus-menerus dan tak dapat membebaskan diri kita dari ikatan dosa. Di bawah dominasi natur Iblis dalam diri kita, kita sering mengungkapkan watak yang rusak, seperti menjadi congkak dan sombong, egois dan hina, berbohong dan menipu dan menjadi jahat dan serakah, dan sebagainya. Ketika orang lain melakukan hal-hal yang tidak kita setujui, kita menguliahi mereka secara merendahkan dan menyakiti mereka, sehingga tak ada satu keluarga pun yang bisa hidup secara damai dan harmonis bersama. Kita merencanakan skema buruk terhadap satu sama lain demi kepentingan kita sendiri, kita berjuang dan bertarung melawan satu sama lain, dan dari teman kita bisa menjadi musuh. Untuk melindungi gengsi kita sendiri, kita sering berbohong dan menipu. Meskipun kita mungkin tampaknya dari luar mengorbankan diri kita sendiri dan menyerahkan banyak hal dalam iman kita kepada Tuhan, kita sebenarnya tidak memiliki kasih sejati kepada Tuhan, dan ketika penyakit atau kesulitan datang menghadang, kita masih bisa menyalahkan Tuhan bahkan sampai tahap mengkhianati-Nya …. Alkitab berkata, “Usahakankah hidup damai dengan semua orang dan dalam kekudusan, karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Kita masih sering kali hidup di tengah dosa, berbuat dosa dan menentang Tuhan, dan kita tidak layak untuk melihat wajah Tuhan. Oleh karena itu, kita membutuhkan Tuhan untuk melakukan tahap keselamatan lebih lanjut dan menyucikan natur dosa kita.”
Setelah mendengarkan persekutuan Kevin, hatiku rasanya terang. Aku memikirkan bagaimana aku tahu benar apa yang dituntut Tuhan dari kita, tetapi tidak pernah dapat menerapkannya, dan tentang bagaimana aku selalu bersikap tidak toleran dan tidak sabar dalam berurusan dengan suami dan putraku, dan sering kali aku kehilangan kesabaran dan menguliahi mereka. Ternyata, ini semuanya terjadi karena natur dosaku masih ada dalam diriku, jadi tentu saja, seberapa banyak pun aku berdoa, membaca Alkitab atau mencoba menguasai diri agar dapat memikul salib, aku tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari ikatan dan batasan dosa, dan aku menyadari bahwa kita memang membutuhkan Tuhan untuk melakukan tahap keselamatan selanjutnya.
Aku Menemukan Cara untuk Membuang Dosa
Pada saat itu, seorang saudari lainnya yang sedang online bertanya, “Saudara Kevin, kita semuanya ingin membuang ikatan dosa, dan aku telah mencoba melakukannya berkali-kali dengan cara yang berbeda, tetapi aku belum pernah menemukan jalan yang benar. Tolong bisakah engkau bersekutu dengan kami tentang bagaimana kedatangan Tuhan yang kedua kalinya akan menyelamatkan kita dari ikatan dosa?” Setelah mendengarkan pertanyaan saudari itu, aku juga menunggu untuk mengantisipasi jawabannya.
Kevin berkata, “Ya, Saudari, pertanyaan yang engkau ajukan ini sangat penting bagi masalah keselamatan kita dan bagi kita agar bisa masuk ke dalam surga. Sehubungan dengan bagaimana Tuhan menyelamatkan kita dari dosa, mari kita pertama-tama membaca beberapa ayat Kitab Suci, “Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu” (Yohanes 16:12-13). “Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan” (1 Petrus 4:17). “Dan kalau ada orang yang mendengar perkataan-Ku, dan tidak percaya, Aku tidak menghakiminya: karena Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan dunia. Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya: firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya di akhir zaman” (Yohanes 12:47-48). Nubuat ini sangat jelas: Tuhan akan datang kembali pada akhir zaman dan Dia akan mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai di rumah Tuhan, dan Dia akan melakukan pekerjaan ini untuk memampukan kita membuang ikatan dosa, dan sepenuhnya menyucikan watak rusak Iblis dalam diri kita. Mari kita melihat dua bagian lagi dari firman Tuhan. Tuhan berkata, ‘Di akhir zaman, Kristus menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan hakikat manusia, dan membedah kata-kata dan perbuatan-perbuatannya. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia harus menaati Tuhan, bagaimana setia kepada Tuhan, bagaimana hidup dalam kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan lain-lain. Firman ini semuanya ditujukan pada hakikat manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan karena manusia merupakan perwujudan Iblis dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan bukannya begitu saja menjelaskan tentang sifat manusia hanya dengan beberapa kata. Dia menyingkapkannya, menanganinya, dan memangkasnya sekian lama. Cara-cara penyingkapan, penanganan, dan pemangkasan ini tidak bisa digantikan dengan kata-kata biasa, tetapi dengan kebenaran yang tidak dimiliki oleh manusia sama sekali. Hanya cara-cara seperti ini yang dianggap penghakiman, hanya melalui penghakiman jenis ini manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya untuk tunduk kepada Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Tujuan pekerjaan penghakiman agar manusia mengetahui wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan kehendak Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami manusia. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui hakikatnya yang rusak dan akar dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua hasil ini dicapai melalui pekerjaan penghakiman, karena substansi pekerjaan ini adalah pekerjaan membukakan kebenaran, jalan, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan.’ ‘Melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran ini, manusia akan sepenuhnya menyadari substansi mereka sebenarnya yang najis dan rusak, dan mereka akan dapat sepenuhnya berubah dan menjadi tahir. Hanya dengan cara ini manusia dapat dilayakkan untuk kembali menghadap takhta Tuhan. Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat ditahirkan dan diubahkan. Melalui penghakiman dan hajaran oleh firman-Nya, serta melalui pemurnian, manusia dapat mengenyahkan kerusakan dirinya dan disucikan. Daripada menganggap tahap pekerjaan ini sebagai tahap penyelamatan, lebih tepat menganggapnya sebagai tahap pekerjaan penyucian.’
Kevin memberikan persekutuan dengan mengatakan, “Tuhan sekali lagi menjadi daging dan, atas dasar pekerjaan penebusan Tuhan Yesus, sedang melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai di rumah Tuhan, menggunakan firman-Nya untuk menghakimi natur Iblis dalam diri kita dan menyingkapkan kerusakan kita, sementara pada saat yang sama memberitahukan kita kehendak-Nya dan apa yang dituntut-Nya dari kita. Dengan menerima penghakiman dari firman Tuhan, kita sampai pada pemahaman yang benar tentang watak Iblis dalam diri kita, seperti kebengkokan dan tipu daya, kecongkakan dan kesombongan, sifat egois dan hina, serta kejahatan dan keserakahan kita. Bersamaan dengan itu, melalui penghakiman dari firman Tuhan, kita menjadi tahu orang seperti apa yang Tuhan kasihi dan orang seperti apa yang Dia benci, dan kita jadi memahami bahwa watak Tuhan tidak hanya berbelas kasih dan pengasih, tetapi juga benar, agung dan murka. Hanya dengan penghakiman Tuhan yang agung kita bisa memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan apakah kita mengungkapkan hal yang rusak dalam pikiran kita atau kita melakukan dosa, kita tidak lagi bertobat hanya dengan perkataan dan kita tidak lagi hanya tampaknya bisa mengekang perilaku kita sendiri; sebaliknya, jika kita menerima penghakiman dari firman Tuhan, kita menjadi tahu tentang natur dan esensi Iblis dalam diri kita sendiri, kebencian sejati akan muncul terhadap natur Iblis dalam diri kita dan kita kemudian akan dapat bertindak sesuai dengan firman Tuhan. Semakin kita menerima penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan, semakin kita melihat dengan jelas esensi kita sendiri yang rusak, dan semakin kuat tekad kita untuk menerapkan kebenaran maka kebenaran akan menjadi semakin nyata; sementara kita menerapkan semakin banyak kebenaran, tanpa kita sadari, watak hidup kita kemudian akan mengalami perubahan. ”
Mendengarkan persekutuan Kevin membuatku dapat merasakan betapa sungguh praktisnya pekerjaan penghakiman Tuhan itu, dan aku sangat tersentuh mendengarnya. Dengan hidup setiap hari dalam keadaan berdosa dan mengaku dosa, aku benar-benar membutuhkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan penghakiman ini untuk menyelamatkan aku.
Kemudian, aku mengunduh aplikasi Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dari Internet, dan aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa setiap hari dan sering menghadiri pertemuan dengan saudara-saudariku. Seiring waktu, aku menjadi memahami banyak kebenaran yang belum pernah kupahami sebelumnya selama aku percaya kepada Tuhan, seperti misteri nama Tuhan, misteri inkarnasi Tuhan, tujuan tiga tahap pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, bagaimana kita bisa membedakan antara Kristus palsu dengan Kristus yang benar, bagaimana kita dapat membedakan antara gereja palsu dan gereja yang benar, dan seterusnya. Rohku telah memperoleh persediaan air kehidupan dan aku menikmati bimbingan Roh Kudus. Aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang telah datang kembali, dan aku mulai belajar untuk perlahan-lahan mengalami pekerjaan Tuhan dalam hidupku.
Aku Memahami Akar dari Tabiatku yang Pemarah dan Firman Tuhan Menjadi Semakin Berharga Bagiku
Suatu kali, putraku pulang ke rumah sehabis bersekolah, dan ketika aku membolak-balik agenda sekolahnya, aku melihat pesan dari seorang guru, “Chengcheng telah bertengkar dengan teman sekolahnya di sekolah hari ini dan dia tidak mau mengakui kesalahannya tanpa peduli apa pun yang dikatakan kepadanya, dan dia marah kepadaku. Harap pastikan agar engkau mendidik putramu.” Membaca ini, aku tak bisa menahan amarahku dan aku meledak. Anak laki-lakiku ini benar-benar membuatku sangat khawatir dan selalu menyebabkan kesakitan bagiku. Aku telah menerima banyak catatan seperti ini selama bertahun-tahun, dan aku sering kali harus meminta maaf kepada para guru dan orang tua lainnya. Semakin aku memikirkan hal ini, semakin marah aku dibuatnya, dan aku mendamprat anakku. Melihatnya seolah-olah merasa diperlakukan amat tak adil dan takut setelah dimarahi, aku merasa kesal dan mencela diriku sendiri. Aku kemudian pergi ke hadapan Tuhan untuk mencari, dan aku melihat firman Tuhan ini, “Begitu manusia memiliki status, ia akan kesulitan mengendalikan suasana hatinya, dan ia akan menikmati bila ada kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan dan melampiaskan emosinya; ia akan sering terbakar amarah tanpa alasan jelas, untuk menunjukkan kemampuannya dan membiarkan orang lain tahu bahwa status dan identitasnya berbeda dengan orang biasa. Tentu saja, orang yang rusak tanpa status juga akan sering kehilangan kendali. Amarah mereka sering kali timbul karena keuntungan pribadi mereka disinggung. Untuk melindungi status dan harga diri mereka, umat manusia yang sudah rusak akan sering melampiaskan emosinya dan menyatakan sifatnya yang sombong.” Hanya ketika aku membaca penyingkapan dari firman Tuhan inilah aku menjadi sadar akan akar penyebab mengapa aku kehilangan kesabaran dengan putraku—ini karena reputasiku telah dirusak. Setiap kali seorang guru mengirimkan pesan yang mengatakan bagaimana anakku telah melakukan kesalahan ini atau itu, aku merasa anakku tidak mencerminkan aku dengan baik dan membuatku terlihat buruk, dan itulah sebabnya aku menguliahinya dengan cara merendahkannya. Aku juga menjadi paham bahwa menjadi marah merupakan pengungkapan dari watak congkak Iblis dalam diriku. Di masa lalu, untuk membuat anakku mengubah kebiasaan buruknya, aku sering kehilangan kesabaran dengannya dan menguliahinya dengan cara merendahkan dirinya, secara kompulsif aku mencoba untuk mengubah kebiasaan buruknya. Dari luar, aku tampaknya seolah-olah melakukan hal ini karena aku memiliki maksud baik bagi putraku, tetapi pada dasarnya, aku memperlakukan anakku dengan mengandalkan watak congkak Iblis dalam diriku, dan aku juga menyakitinya. Aku akhirnya melihat bahwa kehidupan yang aku hidupi tidak memiliki kemiripan dengan manusia sejati, dan bahwa aku terlalu egois dan terlalu congkak. Ketika aku memikirkannya dengan saksama, aku menyadari bahwa normal bagi anak-anak untuk membuat kesalahan dan bahwa aku harus membimbingnya dengan cara yang lebih baik, lebih sistematis, sehingga dia belajar mengubah kebiasaan buruknya, dan tidak menguliahi dia dengan mengandalkan watak congkakku.
Setelah itu, setiap kali putraku melakukan kesalahan dan aku kehilangan kesabaran terhadapnya, aku akan segera datang ke hadapan Tuhan dan berdoa. Aku akan mempercayakan putraku kepada Tuhan, dan aku belajar menggunakan firman Tuhan untuk membimbingnya. Aku menemukan bahwa anakku mulai berubah secara perlahan, dan para gurunya amat jarang mengirimkan pesan kepadaku dengan mengatakan bahwa dia telah berkelahi dengan teman sekelasnya di sekolah. Terlebih lagi, hubunganku dengan putraku semakin lama menjadi semakin baik, dan hal ini memungkinkan aku untuk menghargai sukacita yang datang dari menerapkan kebenaran.
Syukur kepada Tuhan! Aku telah beruntung dapat kembali ke dalam keluarga Tuhan, dan mengalami kasih dan keselamatan Tuhan. Aku sekarang memiliki jalan yang dapat kuikuti dalam hal mengejar perubahan watak, dan aku mampu menerapkan sebagian firman Tuhan. Suamiku berkata dengan gembira kepadaku, “Kau telah banyak berubah sejak mulai percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan telah ada tawa dan suara sukacita di rumah kita.” Aku tahu bahwa ini semua terjadi karena aku telah diubahkan oleh firman Tuhan, dan firman Tuhan ini telah memampukanku untuk menghidupi sebagian keserupaan dengan manusia yang sejati. Firman Tuhan sangatlah berharga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar