9/23/2019

Akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan tidak memiliki perbedaan gender

Tuhan Yesus telah kembali, Gadis Bijaksana, iman kepada Tuhan,

Oleh Xinyuan, Australia
Apakah Tuhan benar-benar memiliki jenis kelamin tertentu? Tuhan Yesus datang menjadi daging sebagai manusia, tetapi apakah ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah laki-laki? Tak seorang pun bisa menerangkan pertanyaan ini dengan jelas. Dan itu karena aku tidak memiliki pengetahuan tentang Tuhan dan sarat dengan gagasan tentang jenis kelamin Tuhan sehingga aku hampir melewatkan kesempatan untuk menyambut Tuhan. Jadi di bawah ini aku akan menceritakan tentang pengalamanku pada semua orang dan berharap pengalaman itu akan membantu.

Kita tidak boleh menolak menyelidiki Kilat dari Timur karena tidak sesuai dengan pemahaman kita.

Ketika masih kecil, aku pergi dengan ibuku ke gereja rumah setempat untuk menghadiri pertemuan ibadah. Ketika kami tentang kebenaran tentang jenis kelamin Tuhan, sang pendeta, pamanku, sering bersekutu tentang bagian-bagian dari Alkitab ini pada kami: “Bapa, saatnya telah tiba; muliakanlah Anak-Mu, agar Anak-Mu juga memuliakan Engkau” (Yohanes 17:1). “Aku akan melipatgandakan rasa sakitmu pada saat mengandung; dalam kesakitan engkau akan melahirkan anak-anakmu; dan engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu” (Kejadian 3:16). “Namun, aku ingin kalian tahu, bahwa Kepala setiap pria adalah Kristus; dan kepala wanita adalah pria; dan kepala Kristus adalah Tuhan” (1 Korintus 11:3). Dia berkata: “Tuhan Yesus memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa. Tuhan di surga memanggil Tuhan Yesus sebagai Anak. Karena Mereka adalah Bapa dan Anak, ini menyiratkan Tuhan adalah laki-laki. Terlebih lagi, perempuan adalah sumber dosa umat manusia dan dikutuk; kepala perempuan adalah laki-laki. Jadi Tuhan adalah laki-laki.” Dengan demikian, dalam hatiku, aku sangat percaya bahwa Tuhan adalah laki-laki dan bahwa Dia akan datang kembali sebagai laki-laki. Sampai suatu hari, aku bertemu Saudari Li ….
Suatu hari di bulan April 2018, aku berkenalan dengan Saudari Wang dan Saudari Li di Facebook. Kami sering mengadakan pertemuan online. Suatu kali, Saudari Li bersaksi bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali sebagai Tuhan Yang Mahakuasa yang berinkarnasi dan bahwa Dia hidup di antara kita. Mendengar berita ini, aku terkejut sekaligus senang. Aku senang karena Tuhan Yesus telah datang kembali. Aku terkejut karena Tuhan telah datang kembali sebelum aku siap menyambut kedatangan-Nya. Malam itu, setelah pertemuan, aku berbaring di tempat tidur, dan terlalu bersemangat untuk tertidur. Jadi aku bangun lalu mencari informasi tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa di Internet. Sebagai hasilnya, aku mengetahui bahwa apa yang diberitakan oleh Saudari Li yaitu ajaran Kilat dari Timur. Aku terpana, karena aku diingatkan tentang bagaimana, ketika aku masih muda, pamanku sering mengatakan padaku bahwa Kilat dari Timur menjadi saksi bahwa kedatangan Tuhan yang kedua adalah dalam wujud perempuan, dan memintaku agar tidak mempercayainya. Waktu itu, hatiku berkecamuk sendiri. Aku berpikir, “Beberapa hari terakhir ini, setelah mendengarkan persekutuan Saudari Li, aku telah memahami banyak kebenaran, seperti bagaimana membedakan antara Kristus yang benar dan Kristus yang palsu, kebenaran umat manusia yang dirusak oleh Iblis, penggenapan nubuat tentang kedatangan Tuhan, bagaimana menjadi gadis bijaksana yang menyambut kedatangan Tuhan kembali, dan seterusnya. Semua kebenaran ini telah memungkinkan aku untuk memiliki pengetahuan baru tentang pekerjaan Tuhan dan memahami berbagai misteri dalam Alkitab. Haruskah aku terus menyelidiki, atau menolak berkumpul bersama dengan Saudari Li lagi?” Aku memikirkan hal ini berulang kali sepanjang malam.
Akhirnya pagi pun tiba. Aku segera menelepon Saudari Wang, yang berada di Eropa untuk menyelidiki bersamaku, menceritakan padanya tentang kebingunganku. Setelah mendengar apa yang kusampaikan, dia berkata: “Aku juga merasa ragu, tetapi karena kita sudah mulai menyelidiki, kita harus memahami beberapa pertanyaan ini dengan jelas. Jika yang disampaikan dalam persekutuan Saudari Li sesuai dengan kebenaran, kita akan terus menyelidiki. Jika tidak, tidak akan terlambat untuk berhenti menyelidiki.” Aku berpikir sejenak dan merasa dia benar. Jadi kami berdoa bersama kepada Tuhan memohon agar Dia memberi kami hikmat, sehingga kami bisa tahu bagaimana membedakan yang benar dari yang salah.

Ternyata Tuhan juga bisa berinkarnasi sebagai perempuan.

Pada malam hari, ketika kami berkumpul bersama, aku menyatakan kebingunganku pada Saudari Li, “Saudari, ketika aku terhubung online untuk mencari nama ‘Tuhan Yang Mahakuasa’ tadi malam, aku menemukan bahwa Tuhan telah menjadi manusia sekali lagi dan Dia adalah perempuan. Tetapi aku percaya Tuhan itu laki-laki, sama seperti Tuhan Yesus. Tercatat dalam Alkitab bahwa Tuhan Yesus berkata: ‘Bapa, saatnya telah tiba; muliakanlah Anak-Mu, agar Anak-Mu juga memuliakan Engkau‘ (Yohanes 17:1). Tuhan Yesus memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa. Tuhan di surga memanggil Yesus sebagai Anak. Karena Mereka adalah Bapa dan Anak, bukankah ini menyiratkan bahwa Tuhan adalah laki-laki? Jadi, aku berpikir Tuhan pastilah laki-laki ketika Dia datang kembali. Bagaimana mungkin dia perempuan?”
Setelah mendengar ini, Saudari Li dengan sabar berkata padaku: “Saudari, sehubungan dengan bagaimana tepatnya kita harus memahami kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini, marilah kita memperhatikan firman Tuhan yang Mahakuasa. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: ‘Ketika Yesus memanggil Tuhan di surga dengan nama Bapa ketika Dia berdoa, ini dilakukan hanya dari sudut pandang seorang manusia yang diciptakan, hanya karena Roh Tuhan menampakkan diri-Nya sebagai manusia biasa dan normal dan memiliki penampilan luar sebagai makhluk ciptaan. Walaupun di dalam diri-Nya ada Roh Tuhan, penampilan luarnya tetap seperti manusia biasa; dengan kata lain, Dia telah menjadi “Anak manusia” yang dikatakan semua orang, termasuk Yesus sendiri. Mengingat bahwa Dia disebut Anak manusia, Dia adalah orang (bisa lelaki ataupun perempuan, intinya Dia memiliki wujud lahiriah sebagai manusia) yang lahir dari keluarga normal orang biasa. Oleh karena itu, Yesus yang memanggil Tuhan di surga dengan nama Bapa sama dengan bagaimana engkau pada awalnya memanggil Dia dengan nama Bapa; Dia melakukannya dari perspektif manusia ciptaan.‘ Dari firman ini kita dapat melihat bahwa ketika Tuhan Yesus memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa saat Dia berdoa, Tuhan melakukannya dari sudut pandang makhluk ciptaan. Sama seperti kita memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa ketika kita melafalkan Doa Bapa kami. Ini mengungkapkan kerendahan hati dan ketaatan Tuhan Yesus, tetapi bukan berarti bahwa Tuhan adalah laki-laki. Marilah kita ingat Kejadian 1:27, yang mengatakan, ‘Maka Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya, dalam gambar Tuhan diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.’ Dari sini kita belajar bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya. Jika kita berpegang pada kesalahpahaman kita dan berpikir Tuhan harus berinkarnasi sebagai laki-laki, lalu bagaimana kita menjelaskan bahwa Tuhan menjadikan perempuan menurut gambar-Nya? Bukankah itu bertentangan dengan Kejadian? Sebenarnya, Tuhan tidak hanya dapat menciptakan laki-laki tetapi juga perempuan menurut gambar-Nya. Karena itu, Tuhan juga dapat berinkarnasi sebagai laki-laki atau perempuan. Jadi kita tidak bisa menarik kesimpulan kuat bahwa Tuhan itu laki-laki.”
Setelah mendengar persekutuan Saudari Li, beberapa belenggu yang mengikat hatiku terbuka. Aku menyadari bahwa Tuhan Yesus menyebut Tuhan di surga sebagai Bapa ketika Dia berdoa, Dia melakukannya dari sudut pandang makhluk ciptaan. Tetapi ini bukan berarti bahwa Tuhan itu laki-laki. Terlebih lagi, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya. Karena itu, Tuhan dapat berinkarnasi sebagai laki-laki atau perempuan.

Apakah kata-kata “kepala wanita adalah pria” membuktikan bahwa Tuhan adalah laki-laki?

Sebelum tidur, aku berbaring di ranjang dan mengingat kembali apa yang telah disampaikan Saudari Li dalam persekutuan. Aku merasa itu sangat berdasar tetapi aku kembali merasa ragu ketika memikirkan ayat-ayat dalam Alkitab: “Aku akan melipatgandakan rasa sakitmu pada saat mengandung; dalam kesakitan engkau akan melahirkan anak-anakmu; dan engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu” (Kejadian 3:16), “Namun, aku ingin kalian tahu, bahwa Kepala setiap pria adalah Kristus; dan kepala wanita adalah pria; dan kepala Kristus adalah Tuhan” (1 Korintus 11:3). Aku berpikir, “Dalam ayat-ayat ini jelas dikatakan bahwa perempuan dikutuk. Bagaimana mungkin Tuhan memiliki otoritas jika Tuhan yang berinkarnasi adalah perempuan? Terlebih lagi, di masa lalu, sebagian besar murid Tuhan adalah laki-laki; sekarang, pada dasarnya semua pengkhotbah dan pendeta juga laki-laki. Jadi bagaimana mungkin kedatangan Tuhan yang kedua kali dalam wujud seorang perempuan?” Sekali lagi aku mulai merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini berulang kali, dan tidak dapat tidur malam itu.
Malam berikutnya, aku menerima telepon dari Saudari Li, jadi aku menceritakan keraguanku padanya. Setelah mendengarnya, Saudari Li bersekutu tentang ini: “Sesungguhnya, setelah Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, Tuhan Yahweh berkata padanya: ‘dan engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu.‘ Tujuan Tuhan adalah membiarkan umat manusia hidup dalam keselarasan. Inilah persyaratan Tuhan bagi seluruh umat manusia ciptaan yang hidup di bumi, jadi persyaratan Tuhan itu harus kita patuhi, tetapi sama sekali tidak berhubungan dengan Tuhan yang berinkarnasi. Seperti halnya pada Zaman Hukum Taurat, ketika Tuhan Yahweh mewajibkan umat manusia untuk merayakan hari Sabat. Inilah hal-hal yang harus manusia patuhi tetapi bukan oleh Tuhan. Jadi kita tidak dapat meminta Tuhan Yesus menaatinya. Juga, dalam Markus 2:27-28 Tuhan Yesus berkata: ‘Hari sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari sabat. Karena itu Anak Manusia juga Tuhan yang berkuasa atas hari sabat.’ Demikian pula, firman ‘kepala perempuan adalah laki-laki’ diarahkan kepada umat manusia, yang telah berbuat dosa. Jadi kita tidak dapat menggunakan ayat ini untuk menentukan bahwa Tuhan tidak dapat berinkarnasi sebagai perempuan.”

Apakah makna penting dari Tuhan menampakkan diri kepada manusia sebagai seorang perempuan?

Mendengar persekutuannya, aku menyadari bahwa firman ini ditujukan pada kita umat manusia dan sehingga aku tidak boleh menggunakan ayat-ayat ini untuk membatasi jenis kelamin inkarnasi Tuhan. Namun, aku masih tidak mengerti mengapa sekarang Tuhan menampakkan diri kepada kita sebagai perempuan. Jika Tuhan muncul sebagai laki-laki, bukankah lebih mudah bagi kita untuk menerimanya? Dan bukankah pekerjaan Tuhan akan lebih mudah dilakukan? Jadi aku menyampaikan pertanyaanku. Kemudian Saudari Li membacakan dua bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa kepadaku: “Saat itu, ketika Yesus datang, Ia adalah laki-laki, tetapi saat ini ketika Tuhan datang, Ia adalah perempuan. Dari ini, engkau bisa melihat bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan demi pekerjaan-Nya, dan bagi-Nya tidak ada perbedaan gender. Ketika Roh-Nya datang, Ia dapat mengenakan jenis daging apa pun sekehendak-Nya dan daging tersebut dapat merepresentasikan diri-Nya. Entah laki-laki atau perempuan, daging itu dapat merepresentasikan Tuhan sejauh itu adalah daging inkarnasi-Nya. Jika Yesus menampakkan diri sebagai perempuan ketika Ia datang, dengan kata lain, jika seorang bayi perempuan, dan bukan bayi laki-laki, yang dikandung dari Roh Kudus, tahap pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Jika kasusnya seperti demikian, pekerjaan di tahap sekarang akan diselesaikan oleh seorang laki-laki, tetapi pekerjaan itu sendiri akan sama saja diselesaikan. Pekerjaan yang dilakukan di setiap tahap sama-sama sangat penting. Tidak ada tahap pekerjaan yang diulangi, atau yang bertentangan satu dengan lainnya.” “Jika Tuhan datang ke dunia hanya sebagai laki-laki, maka orang mendefinisikan Dia sebagai sebagai Tuhan atas laki-laki dan orang tidak akan pernah percaya bahwa Dia adalah Tuhan atas perempuan. Para lelaki lalu menganggap bahwa ada kesamaan antara mereka dan Tuhan, yakni sama-sama laki-laki, dan bahwa Tuhan adalah kepala para lelaki. Lalu, bagaimana dengan perempuan? Tidak adil; bukankah ini perlakuan istimewa bagi laki-laki? Kalau begini keadaannya, semua orang yang Tuhan selamatkan adalah laki-laki seperti diri-Nya, dan tidak seorang perempuan pun akan diselamatkan. Sewaktu menciptakan umat manusia, Tuhan menciptakan Adam dan Dia menciptakan Hawa. Dia menciptakan bukan hanya Adam, melainkan menjadikan laki-laki dan perempuan sesuai dengan gambar-Nya. Maka, Tuhan bukan hanya Tuhan atas laki-laki, melainkan juga Tuhan atas perempuan.
Setelah membaca firman Tuhan, dia bersekutu dengan aku: “Pada dasarnya Tuhan adalah Roh dan tidak memiliki jenis kelamin. Dia hanya datang dalam rupa manusia dan menampakkan diri kepada kita sebagai laki-laki atau perempuan karena kebutuhan pekerjaan. Ketika pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi telah selesai, Tuhan akan kembali ke alam rohani. Saat itu, tidak akan ada perbedaan jenis kelamin. Karena itu, apakah inkarnasi Tuhan adalah laki-laki atau perempuan, Dia masih dapat melakukan karya keselamatan umat manusia. Selama akhir zaman, kedatangan Tuhan untuk bekerja sebagai seorang perempuan memiliki makna praktis. Karena Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya sebagai laki-laki pada waktu itu, semua orang percaya bahwa Tuhan adalah laki-laki. Jika Tuhan tidak datang untuk melakukan pekerjaan-Nya sebagai seorang perempuan saat ini, manusia akan selamanya berpikir bahwa Tuhan adalah laki-laki, dan kita akan berpikir bahwa Tuhan adalah Tuhan atas laki-laki dan bahwa laki-laki selamanya lebih maju daripada perempuan. Tuhan telah berinkarnasi sebagai perempuan di akhir zaman untuk menangkis gagasan dan imajinasi kita, membalikkan pandangan keliru kita bahwa Tuhan hanya dapat berinkarnasi sebagai laki-laki, dan memperkenankan kita melihat bahwa Tuhan adalah Tuhan atas seluruh umat manusia dan bahwa Dia dapat berinkarnasi baik sebagai laki-laki ataupun perempuan.”
Setelah mendengar firman Tuhan dan persekutuan dengan Saudari Li, aku merasa agak tercerahkan. Ternyata, Tuhan tidak memiliki jenis kelamin. Terlepas dari apakah inkarnasi Tuhan adalah laki-laki atau perempuan, selama Dia adalah daging yang dikuasai oleh Roh Tuhan, maka Dia adalah Tuhan sendiri. Pada akhir zaman, Tuhan telah menampakkan diri dan bekerja sebagai perempuan untuk membalikkan kesalahpahaman kita tentang Tuhan, dan memungkinkan kita untuk melihat bahwa Tuhan itu adil dan benar, bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama di hadapan-Nya, dan bahwa Dia menyelamatkan bukan saja laki-laki tetapi juga perempuan. Jika Tuhan tidak melakukannya, kita tidak akan memiliki pengetahuan nyata tentang Dia. Yang Tuhan lakukan sangat berarti. Aku ingat bagaimana aku selalu hidup dengan pemahaman dan imajinasiku dan telah membatasi Tuhan untuk menjadi laki-laki. Ketika mendengar bahwa Tuhan tampaknya melakukan pekerjaan-Nya sebagai seorang perempuan, aku dipenuhi keraguan. Jika firman Tuhan Yang Mahakuasa tidak memecahkan kebingunganku sedikit demi sedikit, aku pasti akan menolak pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa dan melewatkan kesempatan untuk menyambut Tuhan. Ketika aku memikirkan hal ini, hidungku berkedut dan aku tidak bisa menghentikan air mataku yang mengalir. Aku setulusnya berterima kasih kepada Tuhan atas kasih karunia dan keselamatan-Nya.
Saudara-saudariku yang terkasih, aku telah selesai membagikan pengalamanku. Aku sangat terharu setiap kali memikirkan masa investigasi pekerjaan akhir zaman dari Tuhan Yang Mahakuasa. Aku hampir kehilangan kesempatan menyambut Tuhan karena aku tidak memiliki pengetahuan tentang Dia. Tetapi Tuhan mengampuni aku—Dia mengatur saudariku untuk bersekutu denganku, dan mencerahkan serta membimbingku dengan firman-Nya—sehingga aku dapat memahami kebenaran tentang jenis kelamin Tuhan dan kembali ke hadapan-Nya. Syukur kepada Tuhan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan