Xiao En tadinya adalah seorang rekan sejawat di sebuah gereja. Setelah menerima pekerjaan baru Tuhan, ia secara proaktif menyebarkan Injil dan membawa kedua saudarinya ke hadapan Tuhan Yang Mahakuasa. Tetapi ketika dia menginjil pada dua saudari iparnya, karena pendeta dan para penatua sering memberitakan agar berjaga-jaga terhadap Kilat dari Timur, mereka bukan hanya tidak menerima, tetapi memberi tahu pendeta tentang fakta bahwa dia menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah itu, peperangan rohani dimulai ….
Berdebat dengan Pendeta dan Rekan Sejawat
Suatu hari, Xiao En sedang membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa di rumah ketika tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu. Setelah cepat-cepat menyembunyikan buku firman Tuhan dan kemudian membuka pintu, dia mendapati pendeta dan tujuh atau delapan rekan sejawat berdiri di luar dengan ekspresi marah di wajah mereka. Melihat pemandangan ini, Xiao En berpikir, “Di masa lalu, setelah mengetahui bahwa beberapa saudari dari gereja ini sedang menyelidiki pekerjaan akhir zaman dari Tuhan Yang Mahakuasa, pendeta dan para rekan sejawat ini mulai menghalangi dan melecehkan mereka. Mungkinkah orang-orang ini ada di sini untuk menghalangi aku?” Memikirkan hal ini, Xiao En merasa agak takut, dan karenanya ia terus berdoa agar Tuhan memberikan iman dan hikmatnya untuk berurusan dengan mereka. Setelah berdoa, hatinya terasa sedikit lebih tenang, dan dia juga memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi mereka.
Begitu mereka berada di dalam, seorang rekan sejawat melangkah maju dan berkata kepada Xiao En: “Kami dengar kamu sudah mendengarkan Kilat dari Timur?”
Yang lain berkata: “Kilat dari Timur bersaksi bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali. Jika itu benar, bagaimana mungkin pendeta dan para penatua kita tidak tahu? Ketika Tuhan datang, Dia pasti akan memberi mereka pewahyuan terlebih dahulu. Pendeta dan para penatua tidak menerima Kilat dari Timur, bagaimana mungkin kamu bisa menerimanya?”
Setelah mendengar kata-kata ini, Xiao En berkata: “Tidak demikian. Ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan, pertama-tama Dia tidak menyatakan diri-Nya pada para imam kepala, ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang melayani Tuhan di bait suci, tetapi Dia berkeliling untuk bekerja dan berkhotbah. Orang-orang yang haus akan kebenaran bisa mengenali suara Tuhan. Sebagai contoh Petrus dan Yohanes. Mereka mengenali dari pekerjaan dan pemberitaan Tuhan Yesus bahwa Dia adalah Mesias yang dinubuatkan dalam banyak nubuat, dan kemudian mengikuti Dia.”
Baru saja Xiao En selesai berbicara, Pendeta Weng berkata: “Mengapa kamu begitu bodoh? Percaya kepada Tuhan berarti percaya pada Alkitab. Firman Tuhan semuanya ada dalam Alkitab. Tetapi hari ini Kilat dari timur bersaksi bahwa Tuhan telah datang kembali dan mengungkapkan firman baru. Ini benar-benar keliru. Jadi kami tidak bisa percaya pada Kilat dari Timur.”
Mendengar ini, Xiao En menjawab, “Tuhan Yesus pernah berkata: ‘Selidikilah kitab-kitab suci; karena engkau berpikir di dalamnya ada kehidupan kekal itu: padahal kitab-kitab suci itu memberikan kesaksian tentang Aku. Dan engkau tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh kehidupan‘ (Yohanes 5:39-40). Alkitab tidak bisa mewakili Tuhan, karena semata-mata merupakan catatan pekerjaan Tuhan di masa lampau, yaitu hanya kesaksian kepada Tuhan. Selain itu, kita harus tahu bahwa pekerjaan Tuhan menjadi prioritas utama, dan kemudian Alkitab. Saat Tuhan menyelesaikan suatu pekerjaan, manusia mencatat firman dan pekerjaan-Nya serta pengalaman manusia, dan menyusunnya menjadi Alkitab. Pekerjaan yang belum dilakukan Tuhan tidak dapat dituliskan ke dalam Alkitab sebelumnya. Sama seperti ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan. Cara pertobatan yang Dia khotbahkan, pekerjaan yang Dia lakukan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan dan firman yang Dia ungkapkan tidak dicatat dalam Perjanjian Lama. Jadi kita tidak dapat mendefinisikan bahwa semua pekerjaan dan firman Tuhan termuat dalam Alkitab.”
Setelah mendengarkan, pendeta dan semua rekan sejawat saling memandang. Kemudian pendeta dengan penuh argumen mengatakan: “Bagaimanapun, kepercayaan kita kepada Tuhan harus didasarkan pada Alkitab. Firman Tuhan semuanya ada dalam Alkitab. Aku sudah membaca Alkitab secara menyeluruh puluhan kali, tetapi bagaimana denganmu? Kamu memiliki sedikit kehidupan rohani dan kurang memiliki kemampuan untuk membedakan. Aku menyarankan agar kamu cepat bertobat!” Seorang rekan sejawat di dekat pendeta berkata, “Ya! Pendeta Weng benar. Semua firman Tuhan ada di dalam Alkitab, jadi percaya kepada Tuhan berarti percaya kepada Alkitab. Inilah tepatnya bagaimana orang sepanjang zaman telah menerapkan iman. Tidak mungkin salah!”
Xiao En menjawab: “Adakah dasar dalam firman Tuhan atas apa yang kamu katakan? Jelas dinyatakan dalam Alkitab, ‘Dan ada pula banyak hal lainnya yang Yesus lakukan, yang jika ditulis satu per satu, menurutku seluruh dunia ini pun tidak cukup untuk memuat kitab-kitab yang ditulis itu’ (Yoh. 21:25). Ini menegaskan bahwa Alkitab hanya mencatat sebagian kecil dari firman Tuhan, dan banyak dari firman dan perbuatan-Nya tidak dicatat dalam Alkitab, sehingga bila mengatakan bahwa ‘firman Tuhan semuanya ada di dalam Alkitab’ itu tidak sesuai dengan fakta. Kamu lebih akrab dengan Alkitab daripada aku, tetapi itu tidak membuktikan bahwa kamu mengenal Tuhan. Saat itu, para imam kepala, ahli Taurat dan orang-orang Farisi menghafal Alkitab di luar kepala, tetapi mereka tidak mengenali Tuhan Yesus sebagai Mesias, bahkan mengutuk dan melawan Dia karena Dia tidak mematuhi hukum dan menyalibkan Dia, melakukan dosa yang mengerikan. Bagaimana ini bisa dijelaskan? Alkitab berkata: ‘Dan di saat tengah malam ada suara seruan terdengar, Lihatlah, Mempelai laki-laki itu datang; keluarlah dan jumpai Dia‘ (Matius 25:6). Kita sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan selalu berharap akan kedatangan-Nya. Karena itu, ketika kita mendengar seseorang berkhotbah bahwa Tuhan telah datang kembali, kita harus menjadi gadis bijaksana dan dengan hati-hati mendengarkan suara Tuhan. Tetapi jika kita secara membabi buta mengutuk apa yang orang lain khotbahkan tanpa mencari dan menyelidiki, kita dapat dengan mudah melawan Tuhan seperti orang-orang Farisi.”
Mendengar ini, Pendeta Weng bahkan lebih marah dan menuding Xiao En, katanya, “Kamu baru percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa beberapa hari dan sudah berani mengucapkan perkataan ini dan mengutuk kami. Kami datang baik-baik untuk menyelamatkanmu; jika kamu tidak tahu berterima kasih, lupakan saja. Kamu bahkan berani mengatakan bahwa kami adalah orang-orang Farisi. Kamu telah mengecewakan kami!” Ketika Pendeta Weng selesai mengatakan ini, amarahnya membuatnya tidak ingin tinggal. Saudara lainnya kemudian mengeluarkan Alkitab dan mencoba menemukan ayat-ayat untuk menyangkal Xiao En, tetapi dia gagal setelah mencari-cari di dalam Alkitab berulang kali. Akhirnya, Pendeta Weng dengan marah berkata kepada saudara itu, “Berhentilah mencari! Dia tidak tersembuhkan. Ayo pergi!” Dan mereka semua pergi. Melihat mereka pergi dalam kekalahan, Xiao En bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatinya.
Memahami Topeng Para Rekan Sejawat
Beberapa hari kemudian, tujuh atau delapan rekan sejawat mengunjungi Xiao En mencoba menggoyahkan dia. Rekan Wang berkata: “Saudari Xiao, kamu sudah begitu lama percaya, mengapa kamu tidak dapat membedakan dengan benar? Pendeta memperingatkan kita berulang kali agar tidak mengindahkan jalan Kilat dari Timur, bagaimana mungkin kamu tidak mematuhinya? Pendeta dan penatua telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun. Bukankah mereka lebih paham daripada kita? Kamu harus cepat bertobat.”
Xiao En berkata dengan tegas: “Firman Tuhan Yang Mahakuasa adalah kebenaran. Dia telah membuka seluruh misteri dalam Alkitab, misteri tiga tahap pekerjaan Tuhan, misteri nama Tuhan, kisah inti Alkitab, dll., yang telah memecahkan banyak kebingungan yang kumiliki ketika aku percaya kepada Tuhan. Aku telah melakukan penelitian serius sebelum mulai percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Percaya pada jalan itu berasal dari mendengar jalan itu, jadi ketika kita mendengar bahwa seseorang memberitakan kabar baik tentang kedatangan Tuhan, kita harus mencari dan menyelidiki dengan sungguh-sungguh. Jangan dengarkan pendeta secara membabi buta, jika tidak kamu akan kehilangan kesempatan untuk menyambut Tuhan.”
Kemudian Rekan Chen berkata: “Saudari Xiao, akhir-akhir ini kami mendoakanmu siang dan malam, berharap agar kamu cepat-cepat bertobat dan kembali ke gereja kita. Jika kamu terus percaya pada Kilat dari Timur, kamu akan dikeluarkan dari gereja dan ditinggalkan oleh saudara-saudari kita. Kami tidak ingin itu terjadi. Berpikir tentang bagaimana kita telah melayani Tuhan bersama begitu lama dan bagaimana kita begitu dekat seperti saudari, kami benar-benar tidak tahan berpisah denganmu ….” Ketika dia mengatakan ini, semua rekan mulai menangis. Melihat mereka meneteskan air mata, Xiao En merasa sangat sedih. Bayangan mereka bekerja bersama untuk Tuhan di masa lalu berkelebat di benaknya, dia tidak bisa menahan perasaan agak lemah. Xiao En berpikir, “Dahulu kita sangat dekat dan mendukung saudara-saudari bersama-sama. Jika aku bersikeras untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, hubungan persahabatan kita selama bertahun-tahun akan berakhir, dan saudara-saudari juga akan meninggalkan aku dan memperlakukan aku sebagai musuh mereka ….”
Saat itu, Xiao En tiba-tiba menyadari bahwa pemikirannya salah, jadi dia segera berdoa dalam hatinya: “Ya Tuhan! Aku merasa agak lemah sekarang. Aku takut putus hubungan dengan mereka. Kumohon beri aku iman dan kekuatan untuk menang atas kelemahan dagingku dan memberikan kesaksian.” Setelah berdoa, dia ingat satu bagian dari firman Tuhan, “Engkau semua harus terjaga dan menunggu setiap saat, dan engkau harus lebih banyak berdoa di hadapan-Ku. Engkau harus mengenali berbagai rencana dan maksud licik Iblis, mengenali roh, mengenali orang, dan dapat membedakan semua jenis orang, persoalan-persoalan dan hal-hal.” Firman Tuhan menyadarkannya dalam sekejap dan Xiao En tahu jelas bahwa kejadian yang menimpa dirinya itu adalah salah satu trik Iblis, dan merupakan peperangan rohani. Iblis tahu jika dia sangat peduli pada rekan-rekan sejawatnya dan tidak mau menjalin hubungan yang tegang dengan mereka, apalagi melihat mereka menangisinya, jadi ini menyebabkan berbagai emosi mengacaukannya. Tujuannya adalah membuatnya melepaskan pekerjaan Tuhan di akhir zaman dan dengan demikian kehilangan kesempatannya untuk masuk ke dalam kerajaan surga demi mempertahankan hubungan kedagingannya dengan para rekan sejawatnya. Xiao En kemudian berpikir, “Karena aku percaya kepada Tuhan, aku harus mendengarkan Tuhan dan tidak dikendalikan oleh manusia. Jika aku mengkhianati Tuhan demi melindungi perasaan pribadiku, aku tidak akan memberikan kesaksian bagi Tuhan, dan akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan oleh Tuhan.” Ketika Xiao En menyadari semua ini, iman dan kekuatan kembali menguasai hatinya. Setelah itu, walaupun para rekan kerjanya mendesak dia, bahkan mencoba memaksanya agar menyangkal Tuhan Yang Mahakuasa, Xiao En tidak goyah sedikit pun dan tetap teguh dalam keyakinannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Akhirnya, para rekan sejawatnya berjalan pergi dengan gusar.
Siapa Yang Menjadi Batu Sandungan di Jalan Menuju Kerajaan Surga
Pada hari-hari berikutnya, pendeta dan para rekan sejawatnya masih datang ke rumah Xiao En setiap beberapa hari, mencoba memaksanya agar meninggalkan imannya kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Untuk menghindari mereka, Xiao En pergi ke rumah saudarinya dan menyebarkan Injil kerajaan Tuhan Yang Mahakuasa di sana. Setelah mengetahui bahwa Xiao En masih memberitakannya, pendeta dan penatua menjadi makin risau dan jengkel. Mereka mengumumkan di seluruh daerah itu bahwa Xiao En telah diusir dari gereja, dan selain itu mereka memagari gereja, mengancam akan mengusir siapa saja yang menerima Xiao En, dan membuat saudara-saudari menolak dan mengutuknya. Tidak hanya itu, mereka juga memaksa keluarga Xiao En agar memutuskan hubungan dengannya. Akibatnya, ketika Xiao En pergi menginjil pada pamannya, keluarganya tidak menerimanya. Dan sering kali, ketika dia berjumpa rekan kerja yang dia kenal baik, mereka bahkan tidak menyapanya dan hanya memalingkan wajah mereka lalu berjalan pergi.
Saudara-saudari dari gereja Xiao En semula semuanya menolak dia, dan pastor serta penatua mengungkung gereja, jadi dia tidak bisa menginjil pada mereka. Ini membuatnya kesal. Dia memikirkan apa yang dikatakan Tuhan Yesus ketika Dia mengutuk orang-orang Farisi: “Tetapi celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik, karena engkau menutup Kerajaan Surga terhadap manusia: padahal engkau sendiri tidak pernah pergi ke sana, namun engkau menghalangi orang-orang yang berusaha masuk ke sana” (Matius 23:13). “Celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang munafik! Karena engkau melintasi lautan dan daratan untuk menjadikan satu orang bertobat menjadi pengikutmu, tetapi begitu ia bertobat, engkau menjadikannya anak neraka yang dua kali lebih jahat daripada dirimu sendiri” (Matius 23:15). Menurut firman ini, Xiao En memikirkan tentang pendeta dan penatua. Mereka fasih dalam Alkitab dan sering berkhotbah kepada orang-orang percaya, tetapi tidak mengenal Tuhan dan tidak memiliki hati yang menghormati Tuhan sama sekali. Ketika mendengar tentang kedatangan Tuhan, mereka tidak mempunyai minat sedikit pun untuk menyelidikinya dan bahkan membentengi gereja, mencegah orang-orang percaya untuk menerima kedatangan Tuhan, dan mengendalikan orang-orang itu di tangan mereka sendiri. Xiao En menyadari bahwa perbuatan mereka sama seperti perbuatan orang-orang Farisi dan bahwa mereka adalah penghalang dan batu sandungan bagi orang-orang percaya yang memasuki kerajaan Tuhan.
Belakangan, setelah mengetahui kondisi Xiao En, saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa pergi mengunjunginya secara berturut-turut. Xiao En memberi tahu mereka bagaimana pengalamannya selama waktu itu dan bagaimana ia membedakan pendeta dan penatua. Setelah mendengar apa yang dia katakan, Saudari Wang berkata: “Syukur pada Tuhan! Saudari, ada baiknya kamu memiliki kepekaan terhadap masalah ini. Penampakan dan pekerjaan Tuhan di akhir zaman mengungkapkan hamba yang baik, hamba yang jahat, kambing dan domba. Mengalami gangguan dan rintangan di tangan para pendeta dan penatua memungkinkan kita untuk melihat fakta dan kebenaran tentang perlawanan mereka terhadap Tuhan ketika melayani-Nya, sehingga setidaknya kita tidak akan tertipu oleh mereka atau mengikuti mereka untuk menentang Tuhan. Marilah kita membaca beberapa bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa, dan kita akan memiliki lebih banyak kepekaan terhadap substansi para pendeta dan penatua.
“Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: ‘Apakah engkau sekalian ingin tahu apa akar masalahnya mengapa orang Farisi menentang Yesus? Apakah engkau sekalian ingin tahu substansi orang-orang Farisi? Mereka penuh dengan khayalan tentang Mesias. Terlebih lagi, mereka hanya percaya bahwa Mesias akan datang, tetapi mereka tidak mencari kebenaran tentang hidup. Jadi, sampai hari ini mereka masih menunggu Mesias, karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang jalan kehidupan, dan tidak tahu apa itu jalan kebenaran. Menurutmu sekalian, bagaimana orang-orang bodoh, keras kepala, dan bebal bisa mendapatkan berkat Tuhan? Bagaimana mereka bisa melihat Mesias? Mereka menentang Yesus, karena mereka tidak mengetahui arah pekerjaan Roh Kudus, karena mereka tidak mengetahui jalan kebenaran yang diucapkan Yesus, dan terlebih lagi, karena mereka tidak memahami Mesias. Karena mereka tidak pernah melihat Mesias, dan tidak pernah bersama-Nya, mereka membuat kesalahan dengan memberikan penghormatan kosong kepada nama Mesias sambil menentang substansi Mesias dengan segala cara. Orang-orang Farisi ini pada hakikatnya keras kepala, sombong, dan tidak mematuhi kebenaran. Prinsip kepercayaan mereka kepada Tuhan adalah: tidak peduli sedalam apa khotbahmu, tidak peduli setinggi apa otoritasmu, Engkau bukan Kristus kecuali jika Engkau disebut Mesias. Bukankah pandangan ini tidak masuk akal dan konyol?’
‘Orang-orang yang membaca Alkitab di gereja-gereja besar mengutip Alkitab setiap hari, tetapi tidak satu pun yang memahami tujuan pekerjaan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Tuhan; bahkan, tidak ada seorang pun yang dapat selaras dengan hati Tuhan. Mereka semua tidak berharga, manusia hina, masing-masing meninggikan diri, ingin mengajar Tuhan. Walaupun mereka mengelu-elukan nama Tuhan, mereka dengan sengaja menentang-Nya. Walaupun mereka menyebut diri mereka orang yang percaya kepada Tuhan, merekalah orang-orang yang makan daging manusia dan minum darah manusia. Semua manusia seperti ini adalah setan-setan yang menelan jiwa manusia, para penghulu setan yang sengaja mengganggu orang-orang yang berusaha melangkah ke jalan yang benar, dan batu sandungan yang menghalangi jalan orang-orang yang mencari Tuhan. Meskipun mereka memiliki “raga yang kuat”, bagaimana pengikut mereka bisa mengetahui bahwa merekalah antikristus yang memimpin manusia menentang Tuhan? Bagaimana mereka bisa tahu bahwa merekalah setan-setan hidup yang mencari jiwa-jiwa untuk ditelan?’
Saudari itu bersekutu: “Firman Tuhan telah menyingkapkan sumber dan substansi orang-orang Farisi yang melayani Tuhan selama bertahun-tahun namun tetap menentang-Nya. Mereka sombong dan membenci kebenaran, jadi ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, mereka tidak mencari dan mempelajarinya, tetapi dengan teguh berpegang pada surat-surat dari Kitab Suci serta pemahaman dan imajinasi mereka. Dalam pekerjaan dan khotbah Tuhan Yesus, mereka merasakan otoritas dan kuasa, tetapi karena Tuhan Yesus tidak cocok dengan Mesias dalam gagasan dan imajinasi mereka, dan mereka takut kalau bahwa lebih banyak orang percaya akan mengikuti Tuhan dan sehingga mereka akan kehilangan posisi dan mata pencaharian, mereka menghakimi pekerjaan Tuhan Yesus, mencoba segalanya untuk mengutuk Dia, dan akhirnya memakukan-Nya ke kayu salib. Fakta-fakta ini cukup membuktikan bahwa orang-orang Farisi pada dasarnya tidak melayani Tuhan dengan tulus, tetapi malah mengejar ketenaran dan status. Dalam hal natur dan esensi, mereka adalah roh-roh jahat antikristus yang membenci kebenaran dan Tuhan. Di masa sekarang, para pendeta dan penatua agamawi sama seperti orang-orang Farisi. Mereka percaya kepada Tuhan dan melayani Tuhan menurut nama saja, tetapi sebenarnya mereka tidak mematuhi ajaran Tuhan. Dalam pekerjaan dan pemberitaan mereka, mereka tidak mengagungkan dan menjadi kesaksian akan firman Tuhan, tetapi lebih mengajarkan pengetahuan alkitabiah dan teori teologis untuk memamerkan dan menampilkan diri mereka sendiri. Ini menyebabkan orang percaya menyembah mereka dan tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hati mereka. Bahkan ketika mencari dan menyelidiki jalan yang benar, orang-orang percaya ini sama sekali tidak mencari kehendak Tuhan selain mendengarkan mereka, sampai-sampai mengikuti mereka dalam menentang pekerjaan Tuhan. Dapat dilihat bahwa para pendeta dan penatua telah membawa orang-orang percaya ke hadapan mereka. Para pendeta dan penatua terus mengatakan bahwa mereka merindukan kedatangan Tuhan, namun ketika mendengar tentang kedatangan Tuhan, mereka tidak mencari dan belajar, tetapi sebaliknya mendefinisikan pekerjaan dan firman Tuhan berdasarkan pada pengetahuan dan teori alkitabiah mereka. Yang lebih buruk lagi, mereka menggunakan segala macam cara untuk menghalangi orang-orang percaya dalam menyelidiki dan menerima pekerjaan baru Tuhan dengan kedok ‘melindungi kawanan domba-domba,’ dan menghasut orang-orang percaya ini untuk menentang kedatangan Tuhan kembali bersama mereka. Faktanya, tujuan mereka adalah untuk mengurung dan mengendalikan orang-orang percaya sehingga melindungi posisi dan mata pencaharian mereka. Itu sebabnya mereka secara sembrono menentang pekerjaan baru Tuhan. Bukan hanya mereka tidak akan masuk ke kerajaan surga, tetapi mereka bahkan membuat orang percaya sebagai objek korban mereka untuk pergi ke neraka dengan mereka karena melawan Tuhan. Mereka benar-benar setan hidup yang melahap jiwa manusia!”
Melalui firman Tuhan dan persekutuan saudari itu, Xiao En melihat dengan jelas esensi para pendeta dan penatua agamawi yang menentang Tuhan. Meskipun mereka terbiasa dengan Alkitab, mereka hanya mengajarkan pengetahuan Alkitab untuk pamer, atau berbicara tentang sumbangan kepada gereja dalam pekerjaan pemberitaan mereka. Akibatnya, orang-orang percaya tidak dapat menerima makanan apa pun, dan setelah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, akhirnya mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Tuhan tetapi sebaliknya memuja dan menghormati para pendeta dan penatua. Terlebih lagi, ketika Tuhan Yang Mahakuasa tampaknya melakukan pekerjaan-Nya, pendeta dan penatua tidak mencari dan menyelidikinya. Untuk melindungi status dan mata pencaharian, mereka membentengi gereja dengan kedok “melindungi saudara-saudari,” dan memikirkan berbagai cara untuk menghalangi orang percaya dalam menerima pekerjaan baru Tuhan. Bukankah mereka menyeret saudara-saudari ke neraka? Mereka benar-benar sangat jahat! Mereka adalah antikristus sejati! Saat itu, Xiao En sangat bersyukur kepada Tuhan atas keselamatan-Nya. Jika Tuhan tidak menyelamatkannya dia akan terus mengikuti pendeta dan penatua, dan akan melawan Tuhan serta tidak dapat memasuki kerajaan surga. Memikirkan hal ini, Xiao En bahkan merasakan kebencian dan kejijikan yang lebih besar di dalam hatinya terhadap pendeta dan penatua itu. Dia menguatkan kehendaknya di dalam hati: Makin mereka menganiaya aku, makin aku akan melakukan yang terbaik untuk menyebarkan Injil sehingga lebih banyak orang percaya akan melepaskan diri dari ikatan dan tipu daya para pendeta dan penatua lalu kembali ke hadapan takhta Tuhan.
Menyaksikan Kemahakuasaan Tuhan dalam Pengalaman
Belakangan, pendeta dan penatua pantang menyerah—mereka menelepon saudara dan saudara ipar Xiao En yang menjalankan bisnis di wilayah lain di negara itu, dan menipu mereka dengan mengatakan bahwa Xiao En telah mengkhianati Tuhan Yesus dan bertindak murtad, dan juga meminta mereka agar bergegas pulang untuk mencegahnya. Setelah saudara dan saudara Xiao En kembali, karena tipu muslihat pendeta dan penatua, mereka benar-benar berpikir bahwa kepercayaan Xiao En itu tidak benar. Namun, setelah Xiao En mengandalkan Tuhan untuk menyebarkan Injil kerajaan Tuhan dan membacakan firman Tuhan Yang Mahakuasa kepada mereka, mereka tahu bahwa dia tidak mengkhianati Tuhan Yesus, tetapi sebaliknya dia telah menyambut kedatangan Tuhan dan mengikuti jejak langkah-Nya. Saat itu, mereka semua memahami tipu daya pendeta dan penatua, dan dengan jelas melihat esensi antikristus mereka yang membenci kebenaran dan menentang Tuhan, serta akhirnya menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman. Segera setelah itu, beberapa saudara-saudari dari gereja Xiao En semula juga mulai menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman, dan dengan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa gagasan dan kesulitan mereka terpecahkan, sehingga satu demi satu mereka menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa. Menyaksikan perbuatan Tuhan yang menakjubkan, hati Xiao En penuh rasa syukur kepada Tuhan. Dia menghargai bahwa tidak ada kekuatan musuh yang dapat menghalangi apa yang Tuhan ingin selesaikan. Terlepas dari kenyataan bahwa pendeta dan penatua tidak perlu bersusah payah mengganggu dan menghalangi orang-orang percaya untuk datang di hadapan Tuhan Yang Mahakuasa, setelah mengenali suara Tuhan, beberapa orang percaya tetap kembali di hadapan takhta Tuhan satu per satu, karena domba-domba Tuhan dapat mendengar suara Tuhan. Persis seperti firman Tuhan berkata: “Pekerjaan Tuhan itu bagaikan gelombang yang membubung dengan dahsyatnya. Tak ada seorang pun yang dapat menahan-Nya, dan tak ada seorang pun yang dapat menghentikan gerak langkah-Nya. Hanya orang yang baik-baik mendengarkan firman-Nya, mencari dan haus akan Ia, yang dapat mengikuti gerak langkah-Nya dan menerima janji-Nya. Orang-orang yang tidak melakukannya akan dihadapkan pada bencana yang dahsyat dan hukuman yang pantas.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar