Pada akhir 1980-an, ketika masih duduk di universitas, aku beruntung mendengar Injil Tuhan Yesus. Lewat mengikuti kebaktian dan membaca Alkitab, aku belajar bahwa nama Tuhan adalah Yesus, bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang benar yang berkuasa atas segala sesuatu, bahwa demi menebus umat manusia, Dia disalibkan, bahwa Dialah satu-satunya Juru Selamat kita, dan bahwa kita harus menjunjung tinggi nama Tuhan setiap saat, karena Alkitab mengatakan: “Tidak ada keselamatan dalam diri orang lain; karena tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita bisa diselamatkan” (Kisah Para Rasul 4:12).
Karena tergerak oleh Roh Kudus, aku rindu untuk membaca lebih banyak tentang Alkitab dan menghadiri kebaktian. Hatiku penuh kedamaian dan sukacita.
Setelah itu, aku tidak tahu mengapa, tetapi gerejaku menjadi semakin tandus. Pendetaku tidak punya apa-apa untuk dikhotbahkan, ada perselisihan dan kecemburuan di antara rekan pekerjaku, dan iman serta kasih orang-orang beriman menjadi dingin. Untuk mencari pekerjaan Roh Kudus, aku mengunjungi lebih banyak gereja, tetapi apa yang aku temukan sebagian besar sama, yang membuatku sangat kecewa. Pada akhir November 2017, aku pergi untuk mendengarkan khotbah seorang pengkhotbah terkenal. Di sana, aku bertemu dengan Saudari Wei. Kami bergaul dengan baik dan melakukan percakapan yang mendalam. Belakangan, Saudari Wei memperkenalkan sebuah situs web tempat aku menemukan dan bergabung dengan kelas studi Alkitab, dan di sana, aku bertemu seorang saudara bernama Peter. Dalam kebaktian studi Alkitab kami, Saudara Peter sering membagikan firman Tuhan, seperti bagaimana menjalankan kehendak Bapa surgawi, orang-orang macam apa yang dapat memasuki kerajaan surga, apa itu gadis bijaksana, bagaimana membedakan suara Tuhan, dan sebagainya. Dia juga bersekutu dengan kami tentang alasan ketandusan gereja, latar belakang pekerjaan Tuhan pada Zaman Hukum Taurat dan Zaman Kasih Karunia, hubungan antara kedua zaman tersebut, dan banyak hal lain yang membuka mataku. Dia membantuku memahami banyak aspek kebenaran yang belum aku pahami sebelumnya. Aku sangat senang menghadiri kebaktian seperti ini, seolah-olah aku memiliki perasaan yang pernah aku miliki ketika aku menjadi seseorang yang baru beriman kepada Tuhan. Kebaktian ini penuh dengan bimbingan Roh Kudus; aku tersentuh dan hatiku merasa diperkaya. Belakangan, aku sering menghadiri kebaktian studi Alkitab, berharap agar aku bisa lebih memahami kebenaran dan memperoleh lebih banyak bekal kehidupan.
Mengetahui Hubungan Antara Nama Tuhan dan Pekerjaan Tuhan
Dalam suatu kebaktian, Saudara Peter berkata, “Hari ini, kita melihat kondisi ketandusan di mana-mana di dunia keagamaan, orang-orang beriman menjalani kehidupan mereka dalam siklus dosa dan pertobatan, dan mereka tidak dapat lepas dari ikatan dan kungkungan dosa. Tuhan berkata: “Karena itu jadilah kudus, sebab Aku ini kudus” (Imamat 11:45). Ibrani 12:14 juga mengatakan: ‘Karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan.’ Tuhan itu suci. Dan kita kotor dan penuh dengan watak iblis berupa kesombongan, tipu daya, egois, dan tercela. Selain itu, kita selalu hidup dalam dosa, dan sering berbohong dan berbuat curang. Ketika kita menemukan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi kita atau ketika keluarga kita tidak damai, kita bahkan menyalahkan dan salah memahami Tuhan. Mustahil bagi orang-orang seperti kita yang sering tidak berdaya untuk tidak berbuat dosa dan menolak Tuhan untuk memenuhi syarat memasuki kerajaan surga. Jadi, untuk sepenuhnya menyelamatkan kita dari dosa, Tuhan sedang melakukan tahap pekerjaan di akhir zaman untuk menghapus dosa kita dengan nama Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga kita dapat sepenuhnya lepas dari ikatan dan kendali dosa, diubah dan disucikan oleh Tuhan, dan memasuki kerajaan Tuhan.”
Perkataan Saudara Peter sangat mengejutkan bagiku. Aku berpikir: kita memang hidup dalam keadaan berdosa-dan-mengaku, tidak dapat lepas dari ikatan dosa dan tidak memenuhi syarat untuk memasuki kerajaan surga. Tampaknya mungkin bagiku bahwa Tuhan, berdasarkan kebutuhan umat manusia, dapat melakukan pekerjaan baru untuk sepenuhnya menghapus dosa kita, tetapi bagaimana mungkin Tuhan dapat mengubah nama-Nya dan memakai nama baru? Selama lebih dari 2.000 tahun, orang-orang Kristen telah menjunjung tinggi dan berdoa dalam nama Tuhan Yesus, dan hanya dengan beriman dan mengandalkan Tuhan Yesus kita dapat menerima kasih karunia dan keselamatan. Bagaimana mungkin Tuhan mengubah nama-Nya? Aku merasa itu mustahil untuk diterima, dan berkata, “Saudaraku, Alkitab mengatakan: ‘Tidak ada keselamatan dalam diri orang lain; karena tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita bisa diselamatkan.’ Di sini jelas dikatakan bahwa tidak ada nama lain selain Tuhan Yesus yang dengannya kita dapat diselamatkan. Bagaimana engkau dapat mengatakan bahwa Tuhan akan memiliki nama baru dan disebut Tuhan Yang Mahakuasa ketika Dia kembali? Apakah ada dasar alkitabiah untuk persekutuan ini?”
Peter dengan sabar menjelaskan: “Saudari, sebenarnya, Alkitab sudah berisi nubuat yang mengatakan bahwa Tuhan akan memiliki nama baru ketika Dia kembali pada akhir zaman. Mari kita membaca beberapa ayat dari Alkitab. Wahyu 3:12 mengatakan: ‘Dia yang menang akan Kujadikan pilar di dalam bait Suci Tuhan-Ku dan ia tidak akan keluar lagi: dan Aku akan menuliskan padanya nama Tuhan-Ku, dan nama kota Tuhan-Ku, yaitu Yerusalem Baru, yang turun dari sorga dari Tuhan-Ku dan Aku akan menuliskan nama–Ku yang baru padanya‘ Wahyu 1:8 mengatakan: ‘Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir, firman Tuhan, yang ada sekarang, yang sudah ada, dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.‘ Wahyu 11:17 mengatakan: ‘Lalu berkata, Kami bersyukur kepada-Mu, Oh TUHAN Tuhan yang Mahakuasa, yang ada sekarang, yang ada sejak mulanya, dan yang akan datang; karena Engkau telah mengambil bagi-Mu kuasa-Mu yang besar, dan Engkau memerintah‘ Dan Yesaya 13:6 mengatakan: ‘Menangislah; karena hari Yahweh sudah dekat; yang akan datang sebagai penghancuran dari Yang Mahakuasa.‘ Wahyu dengan jelas menyebutkan ‘nama baruku’, yang berarti bahwa nama baru-Nya bukanlah ‘Yesus’, dan ayat-ayat berikut menubuatkan nama ‘Yang Mahakuasa’, sehingga kita dapat mengonfirmasi dari nubuat-nubuat ini bahwa ketika Tuhan Yesus kembali, Dia akan memiliki nama baru dan disebut Tuhan Yang Mahakuasa. ”
Saat aku mendengarkan persekutuan Saudara Peter, aku mencari ayat-ayat ini dalam Alkitab, dan berpikir, “Ya, Wahyu dengan jelas menyebutkan bahwa Tuhan akan memiliki nama baru, dan begitu banyak nubuat menyebutkan ‘Yang Mahakuasa’. Tampaknya ketika Tuhan Yesus kembali, Dia akan memiliki nama baru. Tidak mungkin salah. Aku sudah membaca Alkitab berkali-kali, mengapa aku tidak memperhatikan ayat-ayat ini sebelumnya?” Aku terutama terkejut dengan ayat: “Menangislah; karena hari Yahweh sudah dekat; yang akan datang sebagai penghancuran dari Yang Mahakuasa.” Tuhan Yang Mahakuasa, bukan Tuhan Yesus, yang akan melakukan pekerjaan menghancurkan dunia! Pikiran itu mengejutkan sekaligus membuatku bersemangat. Kita sudah hidup di akhir zaman, dan segala macam bencana semakin memburuk, jadi dapatkah ini berarti bahwa Tuhan telah kembali, dan disebut Tuhan Yang Mahakuasa? Ketika aku menyadari hal ini, aku memutuskan untuk memikirkan masalah ini dengan serius dan menyelidiki lebih lanjut.
Pada saat ini, Saudara Peter berkata, “Saudari, aku akan membacakan beberapa ayat lagi dari firman Tuhan untukmu. Setelah itu, kau akan memahami dengan lebih jelas kebenaran tentang nama-nama Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: ‘Beberapa orang mengatakan bahwa nama Tuhan tidak berubah. Lalu, mengapa nama Yahweh berubah menjadi Yesus? Dinubuatkan bahwa Mesias akan datang, lalu mengapa manusia bernama Yesus yang datang? Mengapa nama Tuhan berubah? Bukankah pekerjaan Tuhan seperti itu sudah lama dilakukan? Tidak bisakah Tuhan zaman ini melakukan pekerjaan baru? Pekerjaan kemarin dapat berubah, dan pekerjaan Yesus dapat berlangsung sebagai kelanjutan pekerjaan Yahweh. Tidak bisakah pekerjaan Yesus diikuti dengan pekerjaan lain? Jika nama Yahweh dapat diubah menjadi Yesus, maka tidak bisakah nama Yesus juga diubah? Hal ini bukannya tidak lazim, dan orang berpikir begitu[a] hanya karena dangkalnya pemikiran mereka.‘ ‘Mengapa Yahweh dan Yesus adalah satu, tetapi dipanggil dengan nama yang berbeda pada zaman yang berbeda? Bukankah karena zaman pekerjaan Mereka berbeda? Mungkinkah satu nama merepresentasikan Tuhan seutuhnya?‘ ‘Engkau harus tahu bahwa awalnya Tuhan tidak bernama. Dia mengambil satu, dua, atau banyak nama hanya karena Dia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, selain harus mengelola umat manusia. Nama panggilan apa pun, tidakkah Dia bebas memilih nama bagi diri-Nya sendiri? Apakah Dia butuh salah satu makhluk-Nya seperti dirimu untuk menentukan nama-Nya? Nama panggilan Tuhan adalah nama yang sesuai dengan apa yang sanggup dipahami manusia dengan bahasa umat manusia, tetapi nama ini mustahil dijangkau (akal budi) manusia.‘”
Setelah membaca firman Tuhan, Saudara Peter bersekutu: “Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa Tuhan pada awalnya tidak memiliki nama. Hanya karena Tuhan akan melakukan pekerjaan penyelamatan umat manusia maka Dia memakai nama-nama yang berbeda untuk mewakili pekerjaan zaman sekarang. Nama Tuhan diperbarui sesuai pekerjaan-Nya. Sama seperti pada Zaman Hukum Taurat, Tuhan mengumumkan hukum dan perintah dan membimbing manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Tuhan disebut Yahweh. Ketika Zaman Kasih Karunia tiba, Tuhan melakukan pekerjaan penebusan umat manusia. Pekerjaan Tuhan berubah, sehingga nama-Nya menjadi Yesus. Pada akhir zaman, Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman mulai dari rumah Tuhan. Ini adalah bentuk pekerjaan yang baru dan lebih ditingkatkan, dan nama Tuhan pasti berubah. Namun, terlepas dari bagaimana nama Tuhan dapat berubah, itu karena kebutuhan pekerjaan, dan kita manusia tidak berhak untuk ikut campur, apalagi menggunakan konsepsi dan imajinasi kita sendiri untuk membatasi Tuhan. Kalau tidak, kita benar-benar tidak masuk akal. Alkitab mengatakan: “Siapa yang mengukur air dalam cekungan tangannya, dan membagi-bagi surga dengan jengkal …. Siapa yang mengarahkan Roh Yahweh, atau menjadi penasihat-Nya yang mengajari-Nya?” (Yesaya 40:12, 13). Tuhan adalah Pencipta dan Penguasa langit dan bumi dan segala sesuatu. Pikiran Tuhan lebih tinggi daripada pikiran manusia. Terlepas dari apakah Tuhan memiliki nama atau memakai nama baru, semuanya mengandung kebijaksanaan Tuhan, dan kita umat manusia tidak dapat memahami hal ini. Jadi, hanya jika kita memelihara hati yang rendah hati dan mencari, kita dapat memahami misteri di dalamnya, dan kita dapat menemukan jejak kaki Tuhan dan mendapatkan keselamatan Tuhan pada akhir zaman.”
Hatiku terasa ringan setelah mendengar persekutuan Saudara Peter, dan aku dengan gembira mengatakan, “Aku mengerti, pekerjaan Tuhan bukan tidak berubah, dan nama Tuhan berubah sesuai pekerjaan-Nya. Tuhan tidak mengikuti yang lama, dan ketika pekerjaan Tuhan berubah, nama-Nya juga berubah. Sepertinya aku benar-benar perlu belajar untuk menjadi gadis cerdas dan memiliki hati yang rendah hati yang mencari pekerjaan Tuhan pada akhir zaman!”
Memahami Pentingnya Nama-Nama Tuhan
Ketika Saudara Peter mendengar pengertianku, dia sangat senang dan dengan penuh semangat menyatakan syukurnya kepada Tuhan. Ketika aku merenungkan firman Tuhan Yang Mahakuasa dan apa yang telah dipersekutukan oleh Saudara Peter, aku berpikir: “Karena Tuhan menggunakan nama-nama yang berbeda di setiap zaman sesuai dengan pekerjaan-Nya, apa arti penting dari nama-nama ini?” Sambil memikirkan hal ini, aku menyampaikan kebingunganku.
Mendengar hal ini, Saudara Peter berkata, “Saudari, pertanyaan ini dijawab dengan sangat jelas dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa, jadi mari kita baca beberapa bagian dari firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: “‘Yahweh’ adalah nama yang Aku pakai selama pekerjaan-Ku di Israel, dan yang artinya Tuhan orang Israel (bangsa pilihan Tuhan) yang dapat mengasihani manusia, mengutuk manusia, dan membimbing hidup manusia. Yang artinya Tuhan yang memiliki kuasa besar dan penuh dengan hikmat. “Yesus” adalah Imanuel, dan yang artinya korban penghapus dosa yang penuh kasih, belas kasihan, dan menebus manusia. Ia melakukan pekerjaan Zaman Kasih Karunia, dan mewakili Zaman Kasih Karunia, dan hanya dapat mewakili satu bagian rencana pengelolaan. … Di setiap zaman dan setiap tahap pekerjaan, nama-Ku bukan tanpa dasar, tetapi mengandung makna yang bersifat mewakili: Setiap nama mewakili satu zaman. … Jika manusia masih rindu akan kedatangan Yesus sang Juruselamat pada akhir zaman, dan masih berharap Ia datang dalam citra diri yang dikenakan-Nya di Yudea, maka seluruh rencana pengelolaan enam ribu tahun akan terhenti pada Zaman Penebusan, dan tidak dapat bergerak maju lagi. Selanjutnya, akhir zaman tidak akan pernah datang, dan zaman ini tidak akan pernah berakhir. Itu karena Yesus sang Juruselamat hanya dimaksudkan untuk penebusan dan penyelamatan umat manusia. Aku memakai nama Yesus demi semua orang berdosa di Zaman Kasih Karunia, tetapi itu bukan nama yang akan Aku pakai untuk membawa seluruh umat manusia kepada akhirnya.” ‘Pekerjaan Tuhan dalam keseluruhan pengelolaan-Nya sangat jelas: Zaman Kasih Karunia adalah Zaman Kasih Karunia, dan akhir zaman adalah akhir zaman. Ada perbedaan yang jelas antara setiap zaman karena di setiap zaman Tuhan melakukan pekerjaan yang mewakili zaman itu. Supaya pekerjaan pada akhir zaman dilakukan, harus ada siksa-api, penghakiman, hajaran, murka, dan penghancuran untuk mengakhiri zaman tersebut. Akhir zaman mengacu pada zaman terakhir. Selama zaman terakhir, apakah Tuhan tidak akan mengakhiri zaman tersebut? Untuk mengakhiri zaman, Tuhan harus membawa serta hajaran dan penghakiman bersama-Nya. Hanya dengan cara ini, Dia dapat mengakhiri zaman. … Sebab itu, selama Zaman Hukum Taurat, Yahweh merupakan nama Tuhan, dan pada zaman Kasih Karunia nama Yesus merepresentasikan Tuhan. Selama akhir zaman, nama-Nya adalah Tuhan Yang Mahakuasa—Yang Mahakuasa, yang menggunakan kuasa-Nya untuk membimbing, menaklukkan, dan memperoleh manusia, dan pada akhirnya mengakhiri zaman.‘”
Setelah kami membaca firman Tuhan, Saudara Peter melanjutkan persekutuannya, “Dari firman Tuhan, kita dapat memahami bahwa nama yang diambil-Nya pada setiap zaman memiliki arti penting tersendiri. Pada Zaman Hukum Taurat, Tuhan mengambil nama Yahweh, yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan Tuhan pada zaman itu adalah watak kemegahan, murka, kutukan, dan belas kasihan-Nya. Dengan nama Yahweh, Tuhan memulai pekerjaan-Nya pada Zaman Hukum Taurat. Dia menyatakan hukum dan perintah dan mengajari umat manusia yang baru diciptakan bagaimana cara hidup di bumi. Mereka yang mematuhi hukum-hukum Yahweh akan menerima berkat dan kasih karunia Tuhan, sementara mereka yang melanggar hukum-hukum itu akan dilempari batu atau dibakar sampai mati. Di bawah hukum Taurat, orang Israel melihat bahwa sifat Tuhan Yahweh tidak mengizinkan pelanggaran, sehingga mereka dengan ketat menaati hukum dan menganggap nama Yahweh sebagai suci. Di bawah bimbingan Tuhan Yahweh, orang-orang menjalani kehidupan yang normal dan teratur selama beberapa ribu tahun. Pada akhir Zaman Hukum Taurat, umat manusia telah dirusak terlalu dalam oleh Iblis dan mereka tidak dapat lagi mematuhi hukum dan perintah Tuhan, sehingga mereka tidak memiliki cukup korban penghapus dosa untuk menebus dosa-dosa mereka, dan berada dalam bahaya dikutuk dan dihukum mati oleh hukum Taurat. Karena itu, untuk menyelamatkan umat manusia, Tuhan menggunakan nama Yesus untuk melakukan pekerjaan penebusan. Dia mengungkapkan sifat kasih dan rahmat-Nya. Dia menganugerahkan kasih karunia-Nya yang tak terbatas kepada manusia, dan akhirnya disalibkan untuk menebus manusia dari Iblis. Sejak saat itu, orang-orang yang percaya kepada Tuhan mulai berdoa dalam nama Yesus, dan menikmati pengampunan Tuhan dan kasih karunia-Nya yang tak terbatas. Nama ‘Yesus’ ada untuk memungkinkan orang-orang dari Zaman Kasih Karunia dilahirkan kembali dan diselamatkan. Nama ‘Yesus’ melambangkan pekerjaan penebusan Tuhan, dan juga watak kasih dan rahmat Tuhan. Meskipun kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus, watak iblis kita masih berakar jauh di dalam diri kita, dan mengendalikan kita untuk berbuat dosa dan melawan Tuhan kapan saja. Untuk sepenuhnya menyelamatkan kita dari dosa, Tuhan telah melakukan pekerjaan penghakiman dan hajaran-Nya dengan nama Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan akan secara menyeluruh mengubah dan menyucikan mereka yang benar-benar beriman kepada-Nya dan haus akan kebenaran, dan menyelamatkan mereka dari dosa, sehingga mereka dapat kembali seperti semula ketika Tuhan menciptakan manusia. Sementara itu, Tuhan akan mengungkapkan semua orang yang membenci dan menghinakan kebenaran dan melawan Tuhan, sehingga memisahkan umat manusia sesuai dengan jenisnya, dan kemudian memberi upah kepada yang baik dan menghukum yang jahat, dan mengakhiri pekerjaan rencana pengelolaan enam ribu tahun-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. Jadi, pada akhir zaman, Tuhan mengungkapkan diri-Nya kepada manusia dengan watak kebenaran, kemegahan, kemurkaan, dan tidak menoleransi pelanggaran. Dia menunjukkan kepada mereka watak asli-Nya dan semua yang Dia miliki dan siapa Dia. Kemudian kita dapat melihat bahwa Dia tidak hanya menciptakan segalanya, tetapi juga berkuasa atas semua hal. Dia tidak hanya bisa menjadi korban penghapus dosa manusia, tetapi juga dapat menyempurnakan, mengubah, dan memurnikan manusia. Dialah yang Pertama, dan yang Terakhir. Tidak ada yang dapat sepenuhnya memahami keajaiban-Nya, atau perbuatan-Nya. Jadi, pada akhir zaman, inilah pentingnya Tuhan mengambil nama ‘Tuhan Yang Mahakuasa’. Selama rencana pengelolaan Tuhan untuk keselamatan umat manusia, Dia membuka suatu zaman baru dan mengakhiri zaman dengan nama baru. Jika Tuhan Yesus tetap dipanggil Yesus ketika Dia kembali pada akhir zaman, rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia akan tetap ada di Zaman Kasih Karunia dan tidak bisa bergerak maju, dan kita akan hidup dalam dosa selamanya dan tidak bisa disucikan dan masuk ke dalam kerajaan surga.”
Saudara Peter berbicara secara logis dan mendukung argumennya dengan bukti. Tuhan menggunakan nama yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda pada zaman yang berbeda, dan masing-masing nama Tuhan mewakili pekerjaan dan watak Tuhan pada zaman itu. Inilah alasan mengapa Tuhan mengambil nama di setiap zaman. Aku telah tersadarkan sedikit pada saat ini, dan menyadari bahwa ayat: “Tidak ada keselamatan dalam diri orang lain; karena tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita bisa diselamatkan” berarti bahwa kita dapat diselamatkan selama kita menerima pekerjaan penebusan dan memanggil nama Tuhan. Tetapi diselamatkan hanya merujuk pada diampuninya dosa seseorang, dan jika kita selalu berpegang pada nama Yesus, kita akan selamanya terjebak dalam Zaman Kasih Karunia, sifat rusak kita tidak dapat diubah dan kita tidak bisa ditahirkan dan diselamatkan oleh Tuhan, dan akhirnya kita tidak bisa memasuki kerajaan surga.
Aku dengan cepat menjawab: “Ya! Amin! Saudaraku, persekutuanmu telah membuka pintu pemahaman bagiku. Aku tidak akan pernah lagi kebingungan tentang mengapa nama Tuhan berubah. Aku telah percaya pada Tuhan selama puluhan tahun, tetapi aku belum pernah mendengar kebenaran seperti ini. Pendetaku meminta kami untuk menjunjung tinggi nama Tuhan, tetapi tidak ada pendeta yang bisa membuatku memahami dari mana nama Tuhan itu berasal atau apa arti yang disandangnya. Sekarang, firman Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan misteri nama Tuhan. Tuhan pada awalnya tidak bernama dan Dia dipanggil dengan nama yang berbeda-beda pada zaman yang berbeda karena kebutuhan pekerjaan-Nya. Setiap nama melambangkan pekerjaan Tuhan dan watak yang Dia nyatakan pada zaman itu. Ini bermakna dan ini bukan sesuatu yang dapat ditentukan oleh orang-orang. Sekarang aku yakin bahwa Tuhan Yesus telah benar-benar kembali, dan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Mahakuasa! Jadi, aku bersedia menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman ini.”
Hanya dengan berdoa dalam nama baru Tuhan kita dapat menerima pekerjaan Roh Kudus
Suatu ketika saat kebaktian akan berakhir, Saudara Peter berkata bahwa aku harus berdoa dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa. Namun aku telah berdoa dalam nama Tuhan Yesus selama puluhan tahun, jadi aku merasa tidak nyaman berdoa dalam nama baru Tuhan. Jadi, aku menceritakan keadaanku yang sebenarnya kepada Saudara Peter.
Saudara Peter berkata: “Saudari, ketika aku pertama kali mulai berdoa dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa, aku berpikiran sama, tetapi aku menemukan sebuah kalimat dari firman Tuhan yang mengubah pikiranku. Biarkan aku membacakan untukmu ayat itu. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: ‘Pekerjaan Roh Kudus berubah dari hari ke hari, naik ke tingkat yang lebih tinggi di setiap tahap. Penyingkapan esok hari akan lebih tinggi daripada penyingkapan hari ini, tahap demi tahap menanjak ke tingkat yang lebih tinggi. Begitulah pekerjaan yang Tuhan lakukan untuk menyempurnakan manusia. Jika manusia tidak bisa mengikuti, kapan saja dia bisa tertinggal. Jika manusia tidak memiliki hati yang taat, dia tidak bisa mengikuti sampai akhir. Zaman sebelumnya telah berlalu; zaman ini zaman yang baru. Di zaman baru, pekerjaan yang baru harus dilakukan. Terutama di zaman terakhir ini, saat manusia akan disempurnakan, Tuhan akan melakukan pekerjaan baru dengan lebih cepat. Oleh karena itu, tanpa ketaatan dalam hatinya, manusia akan merasa sulit untuk mengikuti gerak langkah Tuhan.‘ Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa hanya mereka yang menaati Tuhan dan menaati pekerjaan terbaru-Nya dengan hati yang sejati dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus dan menerima penyempurnaan Tuhan; sementara mereka yang tidak benar-benar menaati Tuhan tetapi konservatif tidak dapat menerima pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus, apalagi disempurnakan oleh Tuhan. Sekarang Tuhan mendatangkan akhir Zaman Kasih Karunia dan mengantarkan Zaman Kerajaan dengan nama Tuhan Yang Mahakuasa. Pekerjaan Roh Kudus telah dialihkan untuk menegakkan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Mereka yang menerima dan menaati pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa dan benar-benar berdoa dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa menerima pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus serta menikmati kesenangan dari pekerjaan Roh Kudus. Tetapi mereka yang tidak menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa atau berdoa dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa tidak dapat menerima pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus. Sama seperti ketika Tuhan menjadi manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya dengan nama Yesus, pekerjaan Roh Kudus dialihkan untuk menegakkan pekerjaan Zaman Kasih Karunia. Selama kita berdoa dan memanggil nama Tuhan Yesus, kita bisa mendapatkan pekerjaan Roh Kudus dan menikmati kasih karunia, kedamaian, dan kebahagiaan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus. Sementara mereka yang masih mematuhi hukum Taurat dan tidak menerima nama Tuhan, kehilangan pekerjaan Roh Kudus, hidup dalam kegelapan dan ditinggalkan oleh Tuhan. Setelah menyadari hal ini, aku berdoa dalam nama baru Tuhan—Tuhan Yang Mahakuasa. Ketika aku tidak memahami kebenaran, aku berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan mencari kehendak-Nya, dan kemudian dengan membaca firman Tuhan, hatiku merasa bahwa semuanya tiba-tiba menjadi jelas, dan aku memahami niat tulus Tuhan dan merasa damai dan bahagia. Jadi, jika kita ingin menerima pekerjaan Roh Kudus, kita harus menerima dan menaati pekerjaan baru Tuhan dari hati dan berdoa dalam nama baru-Nya. Hanya dengan cara ini kita dapat mengikuti jejak pekerjaan Tuhan dan menerima keselamatan Tuhan.”
Setelah mendengar firman Tuhan dan persekutuan Saudara Peter, aku mengerti: begitu pekerjaan baru Tuhan dimulai, pekerjaan Roh Kudus juga bergeser ke pekerjaan baru, sama seperti ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, dan itulah sebabnya mereka yang menerima pekerjaan Tuhan Yesus dan memanggil nama Tuhan menerima bimbingan dan persediaan pribadi Roh Kudus. Mereka yang menolak nama Tuhan tidak dapat mengimbangi pekerjaan baru Roh Kudus, dan ditolak dan disingkirkan oleh Roh Kudus. Dengan cara yang sama, Tuhan sekarang telah memulai zaman baru dan memiliki nama baru, jadi sekarang aku harus menerima dan mematuhi tanpa ragu-ragu. Hanya dengan berdoa dalam nama baru Tuhan kita dapat menerima pekerjaan Roh Kudus. Aku harus bertindak sesuai dengan firman Tuhan dan tidak boleh bersikap konservatif.
Syukur kepada Tuhan. Ketika aku mengubah pandanganku dan berdoa dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa, hatiku merasa tenang dan aman, dan semakin aku berdoa, semakin dekat hubunganku dengan Tuhan. Pada saat yang sama, aku menyadari bahwa alasan mengapa dunia keagamaan menjadi tandus dan mengapa orang-orang beriman tidak mendapatkan kesenangan dalam kebaktian adalah karena mereka tidak mengikuti pekerjaan baru Tuhan tetapi berpegang pada nama, firman, dan pekerjaan Tuhan yang lama, jadi roh mereka berada dalam kegelapan dan mereka tidak memiliki jalan untuk ditempuh. Setelah menyadari hal ini, aku menjadi lebih bersyukur atas keselamatan Tuhan yang memampukan aku untuk mendengar suara Tuhan dan kembali ke hadapan takhta Tuhan.
Hari ini, dalam setengah tahun lebih sejak aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku telah menjalani kehidupan gereja, membaca firman Tuhan, dan membagikan pengetahuan dan pengalaman pribadiku dengan saudara-saudariku, dan dalam setengah tahun ini aku telah memperoleh lebih dari yang kudapatkan dari puluhan tahun beriman kepada Tuhan sebelumnya. Dan aku benar-benar senang memiliki pengairan dan persediaan air kehidupan dari Tuhan. Syukur kepada Tuhan!
Catatan Editor: Saudara-saudari, sekarang zaman telah berubah, sehingga baik pekerjaan Tuhan maupun nama Tuhan telah berubah dengannya. Saudari Xuelan telah menerima pekerjaan baru Tuhan dan berdoa dalam nama baru Tuhan. Dia telah mengikuti jejak Tuhan, maju ke zaman baru, dan menerima pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus. Dia menikmati rasa manis di hatinya dan keadaan rohaninya telah berubah. Apakah engkau sekalian ingin mendapatkan pengalaman seperti itu juga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar